Jumat 30 Aug 2013 07:50 WIB

Minim Investasi Infrastruktur Ancam Perekonomian Dunia

Rep: Maspril Aries/ Red: Djibril Muhammad
Pembangunan infrastruktur, ilustrasi
Pembangunan infrastruktur, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Mengabaikan investasi di bidang infratruktur dapat mengancam pertumbuhan ekonomi dunia. Peringatan tersebut disampaikan Rintaro Tamaki Deputi Sekretaris Jenderal (Sekjen) Organisation Economic Cooperation and Development (OECD) di Palembang, Kamis (29/8).

Kepada wartawan Rintaro Tamaki yang memberikan keterangan pers bersama Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar menjelaskan, secara global untuk membangun infrastruktur dunia membutuhkan dana senilai US$ 3 triliun.

"Dana tersedia hanya US$ 1 triliun masih butuh US$ 2 triliun lagi," katanya.

Menurut Rintaro Tamaki, jika kondisi ini tak di-recovery akan membuat perekonomian funia semakin kritis. "Saat ini pertumbuhan ekonomi alami krisis, maka krisisnya semakin meningkat pula," katanya menambahkan.

Deputi Sekretaris Jenderal OECD yang hadir di Palembang pada seminar internasional Enhancing The Role Of Institutional Investors in Infrastructure Financing menilai negara-negara maju maupun berkembang hingga kini hanya menyalurkan anggarannya sebesar 1 persen untuk investasi inratsruktur.

"Sebenarnya secara global dana investastor yang  tersedia tersebut ada sebesar US$ 85 triliun untuk diinvestasikan jangka panjang. Seharusnya saat ini negara di dunia harus memikirkannya sebab jika kondisi ini tidak diatasi tentu bukan saja negara maju yang terkena dampaknya, tetapi negara berkembang pun merasakan lebih parah lagi," katanya.

Seminar yang diadakan dalam rangkaian menyongsong KTT Asia Pasific Economic Cooperation (APEC) di Bali Oktober mendatang menurut Rintaro Tamaki diadakan sebagai bentuk komitmen Indonesia dengan mengundang investor di bidang infrastruktur.

"OECD akan mensinergikan dua lembaga, APEC dan G-20 untuk membahas apa saja hambatan dan tantangan investor sehingga tidak mau memasukkan asetnya atau membiayai secara langsung terhadap infrastruktur?" katanya menambahkan.

Sementara itu Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar menjelaskan, sebagai tuan rumah APEC, Indonesia sangat mendorong ada pembahasan antara KTT G20 dengan APEC ini sehingga banyak manfaatnya baik untuk Indonesia dan negara yang terlibat dalam APEC-G20 ini.

"Semua yang menyangkut mengenai investasi infrastruktur jangka panjang saatnya mulai dirintis sehingga nantinya mampu menjadi sarana selanjutnya berdampak multi player effect guna menumbuhkan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan," katanya.

Mahendra menjelaskan para investor saat ini sudah berubah, kebanyakan yang menjadi investor tersebut berasal dari Asia, mereka pada umumnya memiliki surplus tabungan, namun mereka justru menanamkan modalnya di negara maju.

"Dengan adanya pembahasan ini nantinya mereka dapat menanamkan modalnya di negara anggotanya," ujarnya.

Wakil Menteri Keuangan mengharapkan, adanya kerjasama atau sinergi antara anggota APEC dan KTT G-20 ini setidaknya dapat menampung usaha, iklim dan kepastian investasinya dan diharapkan pula dapat dirasakan semua pihak kemajuannya.

"Kami akan merumuskan kerja sama dalam KTT G- 20 sehingga isu nya terus bergulir," katanya menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement