REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Para petani tebu di Kabupaen Cirebon mengeluhkan rendahnya harga gula di tingkat lelang. Mereka pun mengkhawatirkan peredaran gula impor dan rafinasi.
Sekretaris Asosiasi Perkebunan Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jawa Barat, Haris Sukmawan, menyebutkan, pada lelang periode kelima yang digelar 21 Agustus 2013 lalu, harga gula di tingkat lelang hanya Rp 9.405 per kg. Besaran harga itu lebih rendah dari estimasi petani yang menargetkan harga gula Rp10 ribu per kg.
"Kami khawatir harga gula lokal akan semakin turun," ujar Haris, Rarbu (28/8).
Selain harga, Haris melanjutkan, para petani pun mengeluhkan rendahnya rendemen tebu di sejumlah pabrik gula, yang rata-rata hanya 6,2 persen – 6,5 persen. Padahal, musim kering yang terjadi sejak awal Agustus 2013 sebenarnya menguntungkan bagi perkebunan tebu.
Haris mengungkapkan, dengan rendahnya rendemen yang diberikan pabrik gula, maka dipastikan target produksi gula di Jawa Barat tahun ini tidak akan tercapai. Sebab, tingkat rendemen sangat mempengaruhi pencapaian produksi gula.
"Kami (juga) khawatir dengan adanya rencana dari holding PT Rajawali untuk mendatangkan raw sugar (gula setengah jadi) untuk bahan baku produksi gula di pabrik mereka," tutur Haris.
Sementara itu, saat dikonfirmasi, Humas PG Rajawali II (Cirebon) Rudi Prayogo, mengungkapkan, pihaknya memang berencana mendatangkan raw sugar. Hal itu dimaksudkan untuk memenuhi kuota giling pabrik gula.
"(Impor raw sugar) masih tahap rencana, masih diurus oleh holding pusat," ujar Rudi.
Sementara itu, mengenai rendemen tebu, Bagian Produksi PG Rajawali II (Cirebon) Heru Purnomo, menerangkan, ada sejumlah faktor yang menentukan tingkat rendemen tebu.
Selain cuaca, juga dibutuhkan waktu sekitar dua bulan dari musim basah ke musim kering agar diperoleh rendemen tebu yang bagus.
Tak hanya itu, Heru melanjutkan, faktor lain yang menentukan tingkat rendemen tebu di antaranya varietas tebunya, kondisi lahan, dan kapastias giling pabrik gula. Selama ini, baru sekitar 60 persen bahan baku produksi dari petani untuk produksi di pabrik-pabrik gula.
Seperti diberitakan, para petani tebu di Jawa Barat mengalami kerugian besar pada tahun ini. Hal itu terjadi akibat fenomena anomali cuaca yang terjadi bulan-bulan yang lalu.
"Kerugian yang dialami petani tebu di Jawa Barat mencapai sekitar Rp 70 miliar," ujar Ketua DPD Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jawa Barat, H M Anwar Asmali.