REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perburuan senjata api (senpi) illegal bermuara di sebuah komplek pembuatan senapan angin di wilayah Cipacing, Sumedang, Jawa Barat (Jabar). Di sana, Polri mendapati para pengrajin setempat tidak hanya memroduksi senapan, tapi juga senpi rakitan.
Ditemukan sejumlah senpi rakitan yang mirip dengan beragam merk terkenal di dunia, tapi tentu dengan kualitas yang jauh lebih buruk. Lima orang ditangkap atas penggerebekan yang dilakukan Polda Metro Jaya, Jabar dan Polres Sumedang ini.
Pengamat pergerakan terorisme Indonesia Al Chaidar berujar meski kualitas meragukan, senpi rakitan di wilayah tersebut sebenarnya laku keras di kalangan pembelinya yang diduga kelompok terorisme.
Menurut dia, di Cipacing tak hanya senjata rakitan lokal saja yang beredar. Bila diperiksa dengan teliti, dari sekian senpi rakitan ada yang benar-benar asli.
"Cipacing dapatkan itu dari Thailand dan Filipina. Senjata-senjata ini disebut ‘reforbis gun’ bekas tapi masih bagus," kata Chaidar ketika dihubungi Republika, Senin (26/8).
Chaidar mengatakan reforbis gun ini menjadi favorit kelompok teroris di Indonesia. Selain kualitasnya masih terjaga, senpi-senpi yang kebanyakan berlaras pendek ini dibanderol dengan harga murah.
Dengan uang Rp 4-5 juta, kelompok teroris bisa memborong senjata kualias atas untuk kemudian digunakan untuk melakukan aksi kejahatan. Inilah mengapa, dalam beberapa penangkapan terduga teroris banyak ditemukan senpi jenis FN yang malah diketahui dibeli dari Cipacing.
"Di mata teroris senpi rakitan kalah menarik dibanding reforbis gun. Cipacing harus tetap diawasi, padahal sudah sering ada razia di sana," ujar Chaidar.