Senin 26 Aug 2013 12:56 WIB

Penumpang Butuh Waktu Pelajari Tarif Harian Berjaminan

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Djibril Muhammad
Kartu tarif harian berjaminan kereta api (KA)
Foto: bumn.go.id
Kartu tarif harian berjaminan kereta api (KA)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Lima hari penerapan tarif harian berjaminan (THB), penumpang kereta masih terlihat padat mengantre di loket stasiun Bogor, Senin (26/8).

Kepala Stasiun Bogor, Weddy, mengatakan hingga hari ini penumpang masih memerlukan pembelajaran tentang sistem THB. Sehingga antrean wajar terjadi sama seperti pemberlakuan tiket elektronik (e-tiket) pada 1 Juli lalu.

"Sosialisasi pengguna harian terpotong di Sabtu dan Ahad. Jadi hari ini petugas loket masih harus menjelaskan THB kepada penumpang," tutur Weddy.

Ia juga mengatakan selama lima hari berjalan, penumpang harian relatif sudah mengeti dibanding penumpang yang pekanan yang berwisata ke Bogor.

Diakui Weddy, penumpang pekanan masih butuh sosialisasi. "Penumpang harian sudah mengerti. Saat di loket mereka hanya tinggal menyebutkan tujuan dan bayar," kata Weddy.

Memang dibutuh kesabaran untuk mengantre. Oleh sebab itu Weddy mengimbau penumpang untuk gunakan tiket multitrip. "Lebih cepat saat masuk, langsung tap in saja," ujarnya.

Dengan target 1,2 juta penumpang kereta per hari, Weddy mengatakan pasti akan ada penambahan jadwal perjalanan kereta. Tapi, ia belum mengetahui kapan itu akan dilaksanakan.

Belum tersedianya mesin membuat enam dari 15 loket di pintu selatan Stasiun Bogor belum difungsikan. Selain itu, loket yang ada dirasa masih cukup bisa menampung penumpang. Walaupun, ada penumpang yang masih harus antre lama untuk mengisi kartu THB.

Salah seorang penumpang, Gahara, mengatakan ia telah mengatre selama satu jam untuk memperoleh THB. Ia merasa lebih nyaman dengan sistem karcis seperti dulu. Sistem itu dinilainya lebih memudahkan.

"THB sebenarnya cukup cepat jika tidak ditukar setiap hari," kata pekerja di kawasan Senayan itu.

Ia juga melihat lebih cepat jika menggunakan multitrip, terutama yang rutin bepergian menggunakan kereta. Ia berharap sistem THB segera berjalan baik. Sebab, ia harus meluangkan waktu lebih lama untuk mengantisipasi antrean panjang.

Penumpang lainnya, Isti, terpaksa meminta adiknya kembali ke loket. Ia sempat bingung saat menerima tiga tiket THB. Padahal, ia dan adiknya hanya membutuhkan dua kartu.

Beruntung, mereka bertanya kepada petugas dari PT KAI Commuter Jabodetabek (PT KCJ). Petugas KCJ bersama adik Isti kembali ke loket untuk menukar satu kartu seharaga Rp 9 ribu yang tidak ia butuhkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement