REPUBLIKA.CO.ID, PASAR MINGGU -- Kebijakan baru PT KAI yang menerapkan 'Tiket Harian Berjamin' dikeluhkan penumpang. Pasalnya, mereka mereka sangat dirugikan harus membuang-buang waktu untuk mengantre hanya demi uang jaminan Rp 5000.
''Apa-apaan sih, ribet, nyusahin banget kudu ngantre lagi panjang,'' kata Ida, penumpang KA yang turun di Stasiun Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Ahad (25/8).
Ia dan penumpang lain sama-sama menggunjing tentang kebijakan baru ini. Mereka terang-terangan mengeluhkan ini kepada petugas yang ada di stasiun namun petugas pun tidak dapat berbuat apa-apa.
Pantauan Republika, antrean panjang memenuhi depan area loket di Stasiun Pasar Minggu hingga cukup sesak. Penumpang yang tinggal menukar kartu jaminan dan penumpang baru akan membeli kartu hanya dilayani oleh dua loket. Sehingga antrean panjang dan berdesakan tidak terhindarkan.
Penumpang yang baru akan tap di Gate In pun harus mengantre sehingga area depan loket semakin penuh. Gate In yang beroperasi pun hanya satu dari tiga yang tersedia di stasiun Pasar Minggu.
''Itu kenapa sih loket nggak dibuka semua?'' keluh Ahmad yang melihat dua loket tidak melayani pembelian tiket alias ditutup. ''Ini penumpang juga punya banyak yang harus diurus, kalau ini hanya buang-buang waktu kami, sangat menyusahkan,'' kata kakek yang sudah berambut putih itu.
Menurutnya, ini hanya akal-akalan PT KAI untuk mengambil uang rakyat. Ahmad mengatakan, proyek pengadaan tiket bisa saja menjadi ladang korupsi.
''Lihat saja, yang menyusahkan rakyat apalagi mencuri pasti hidupnya tidak tentram, mereka akan mati sebelum mati, dibalas oleh Allah, uang mereka tidak berkah, akan habis oleh penyakit yang mereka derita,'' kata dia.
Sementara, antrean semakin panjang seiring waktu beranjak siang. Tidak jarang ada penumpang yang berteriak keras karena antrian yang lama. ''Lama banget, pak! Sudah lah cara lama saja!'' teriak salah seorang yang sedang mengantre.