Kamis 22 Aug 2013 14:30 WIB

Wapres: Kita Tidak Ingin Rupiah Jatuh Seperti Yoyo

Rep: Esthi Maharani/ Red: Fernan Rahadi
Wakil Presiden Boediono
Foto: Antara/Andika Wahyu
Wakil Presiden Boediono

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden, Boediono mengaku optimis jajaran pemerintah memikirkan kebijakan yang tepat untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia yang sedang terpuruk. Ia meminta agar publik yakin bahwa penanganan ekonomi berada di tangan yang kompeten seperti menteri keuangan, gubernur Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dari LPS, dan Menko Perekonomian yang professional.

“Kita cukup optimis bahwa mereka akan segera merumuskan policy respons yang pas. Saya pikir, kita juga mempunyai suatu program dimana kita tidak menginginkan rupiah kita itu jatuh seperti Yoyo, tidak mungkin,” katanya saat memberikan kuliah umum kepada para peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) XLIX dan L serta peserta Program Pendidikan Siswa Angkatan (PPSA) XIX Lemhanas 2013, Kamis (22/8).

Ia mengatakan hal yang perlu dilakukan saat ini adalah membenahi kekuatan ekonomi dan kekuatan perbankan. Tak hanya itu, menata agar jangan sampai inflasi menjadi terlalu tinggi sebab salah satu komponen yang mempengaruhi komponen kurs adalah inflasi. “Sekarang kita sedang melakukan itu,” katanya.

Wapres pun menilai penyebutan rupiah melemah tidaklah tepat. Yang lebih tepat adalah dolar Amerika Serikat menguat terhadap semua mata uang dunia, tidak hanya rupiah. Sebab, jika hanya dolar AS berpengaruh pada rupiah, implikasi kebijakannya berbeda. Jika dibandingkan dengan negara lain pun, Indonesia bukan yang paling buruk. Wapres membandingkan kurs Rupee India, Yen Jepang, Rand Afrika Selatan.

“Semuanya ekonomi-ekonomi kuat, kita tidak lebih buruk dari itu. Kita mungkin sedikit lebih buruk dari pada Singapura, Malaysia ya. Tapi ini lah sebenarnya penguatan dolar ini yang jadi masalah tidak hanya Indonesia tapi oleh semua negara,’ katanya.

Menurutnya, pemerintah pun tidak bisa membekukan rupiah pada suatu kurs sehingga lain dengan kondisi global. Sebab, jika mata uang lain melemah terhadap dolar dan Indonesia bertahan di kurs tertentu, maka akan kewalahan karena untuk menyetarakan itu diperlukan amunisi yang berupa cadangan devi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement