REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Boediono mengatakan pemimpin agar tidak membuat kesalahan dua kali. Sehingga harus belajar dari sejarah pemerintahan Indonesia pada tahun-tahun sebelumnya.
"Pengalaman sejarah banyak sekali yang harus kita pelajari dan warisan pendiri bangsa harus kita kawal serta jangan gunakan energi dengan sia-sia," kata Boediono saat memberikan kuliah umum di depan seratusan peserta kursus Lemhanas di Istana Wapres Jakarta, Kamis (22/8).
Menurutnya, sistem Indonesia pernah mengalami beberapa kali sistem pemerintahan, seperti demokrasi parlementer, dimana perdana menteri menjalankan pemerintah. Saat itu, kabinet tidak bisa berjalan lama sehingga kebijakan terus mengalami perubahan dan tidak bertahan lama.
"Apa yang terjadi? Demokrasi berjalan meriah tapi kabinet jatuh bangun. Ada yang cuman tiga bulan, ada yang satu tahun. Konsekuensinya pemerintah tdk bisa laksanakan kebijakan konsisten," ujar Boediono.
Demikian juga soal pergantian rezim, Indonesia juga sudah mengalami pergantian contohnya saat pergantian orde baru menuju reformasi. Soal pergantian rezim pemerintahan, Indonesia dikatakan Boediono jauh lebih baik dibanding negara-negara di Afrika Utara.
"Alhamdulillah berkat perlindungan Tuhan Yang Maha Esa, kita berhasil melalui pergantian rezim dengan baik," kata Boediono.
Boediono mengingatkan pembentukan Negara Kesatuan Indonesia (NKRI) didasarkan pada kesepakatan semua elemen dan tidak ada yang mendikte dan memaksakan.