Rabu 21 Aug 2013 14:43 WIB

Indonesia Tuan Rumah Pagelaran Wayang Sedunia

 Grup wayang Tavip mempertunjukan wayang kontemporer di Museum Nasional, Jakarta Pusat, Ahad, (7/10).   (Adhi Wicaksono)
Grup wayang Tavip mempertunjukan wayang kontemporer di Museum Nasional, Jakarta Pusat, Ahad, (7/10). (Adhi Wicaksono)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia menjadi tuan rumah pagelaran wayang sedunia yang disebut "Wayang World Puppet Carnival 2013" yang akan diikuti oleh 64 kelompok seniman wayang dari 46 negara.

"Seharusnyalah Indonesia yang wayangnya telah ditetapkan sebagai Pusaka Budaya Dunia nonbenda (World Intangible Heritage) oleh UNESCO menjadi 'rumah' bagi wayang dunia," ujar Ketua Umum Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) Ekotjipto di Jakarta, Rabu.

Eko mengatakan bahwa sebagai bagian dari seni pertunjukan yang mempunyai nilai universal, wayang juga dimiliki oleh masing-masing negara.

"Pertemuan para seniman wayang dunia seperti ini akan mendorong kemajuan dan perkembangan wayang itu sendiri sebagai Pusaka Budaya Dunia khususnya di Indonesia," ujar Eko.

Menurut Eko, dari 64 peserta, tercatat lima peserta asal Indonesia akan mengikuti pagelaran tersebut, di antaranya Cahyo Kuntadi, Hadi Sutikno, Apep Hudaya, Sigid Ariyanto dan Sihono.

Eko mengatakan, WWPC 2013 dapat disaksikan oleh masyarakat umum secara gratis di tiga tempat pagelaran utama yaitu Museum Nasional Jakarta, Teater Usmar Ismail Kuningan, Jakarta dan Lapangan Monas Jakarta Pusat.

"Pertunjukan akan digelar sejak 1-7 September 2013 di tiga tempat tersebut. Dan untuk panggung di Monas akan dipagelarkan wayang semalam suntuk sejak 3-7 September 2013," papar Eko.

Eko mengemukakan, PEPADI bekerja sama dengan Yayasan Arsari Djojohadikusumo (YAD) dan promotor internasional Rod Petrovic serta Bravo Fest Agency untuk menyelenggarakan acara yang melibatkan 295 orang peserta ini.

Rod Petrovic mengatakan bahwa keberhasilan menghadirkan 46 negara dunia dalam WWPC tidak lain karena acara tersebut digelar di Indonesia, yaitu negara yang wayangnya telah diakui sebagai bagian dari pusaka dunia.

"Sebetulnya ada sepuluh negara lain yang ingin hadir dan berpartisipasi dalam acara ini, namun karena anggaran yang harus dikeluarkan sangat besar, mereka tidak sanggup dan akhirnya tidak dapat hadir," ujar Rod.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement