REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Menteri Pertanian, Suswono menegaskan, Provinsi Maluku adalah kerajaan rempah-rempah Indonesia. Sebab, secara histori Maluku merupakan titik awal berkembangnya rempah-rempah di Nusantara.
"Rempah Indonesia telah dikenal dunia sejak ribuan tahun silam dan merupakan komoditi yang sangat berharga, lebih tinggi nilainya dari emas serta dikonsumsi secara eksklusif," kata Suswono saat membuka konferensi rempah internasional pertama, di Ambon, Senin (19/8).
Menurutnya, konferensi rempah tersebut menjadi wahana mensinergikan seluruh kepentingan para pelaku usaha bisnis rempah baik produsen, pengolah, pedagang, petani maupun pemerintah.
Para pemangku kepentingan rempah tersebut akan saling tukar pikiran selama konferensi berlangsung serta saling tukar pengalaman dalam mengidentifikasi berbagai permasalahan dan upaya pemecahan.
Selain itu, memperkuat komitmen untuk melakukan kerjasama, kemitraan usaha serta rumusan tindak lanjut guna mendorong percepatan perkembangan rempah secara sistematik, terintegrasi dan berkelanjutan.
Ia menegaskan rempah nasional ke depan dapat lebih berdaya saing sehingga mampu meningkatkan kontribusi terhadap penerimaan devisa negara, penyediaan kesempatan kerja maupun kesejahteraan petani.
"Ke depan sentuhan teknologi merupakan keharusan sebab kalau tidak petani rempah dalam skala kecil sangat sulit bersaing dengan para pelaku usaha besar. Kemitraan merupakan salah satu solusi," ujar Suswono.
Rempah sebagai bagian dari komoditas perkebunan, lanjut Suswono sangat strategis karena berperan tidak hanya dari aspek ekonomis, tetapi juga historis, sosiologis, geografis dan ekologis.
Karenanya, pemerintah akan melaksanakan berbagai kegiatan untuk mendorong peningkatan produktivitas dan kualitas tanaman rempah Indonesia.
"Komoditas ini telah memiliki pangsa pasar tersendiri di luar negeri sehingga menjadi salah satu komoditas ekspor andalan yang memiliki nilai tambah. Bahkan rempah Indonesia telah dikenal dunia sejak ribuan tahun silam dan merupakan komoditi," ungkap Suswono.
Dikatakan Suswono, keanekaragaman sumber daya hayati yang ada hingga kini, menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara terbesar di dunia yang memiliki keragaman komoditas rempah-rempah, sehingga perlu dilestarikan bersama.
"Sampai saat ini rempah Indonesia masih merupakan unggulan dunia dan menghasilkan cita rasa dan aromanya yang tidak dapat digantikan dengan rempah dari negara lain, antara lain lada hitam, lada putih, pala Banda dan kayu manis," katanya.
Menteri dari PKS itu menambahkan, Indonesia patut berbangga karena produk pala menduduki posisi nomor satu di dunia begitu juga kayu manis, sedangkan cengkih merupakan konsumen sekaligus produsen terbesar dunia.
Karenanya, Suswono memandang konferensi rempah tingkat internasional yang pertama di Indonesia tersebut sangat penting untuk menyatukan persepsi dan membangun koordinasi antarnegara produsen dan konsumen, sekaligus mengantisipasi permasalahan yang mungkin muncul dalam pengembangan aktivitas bisnis rempah dunia.
"Pertemuan internasional ini juga sebagai ajang diplomasi bisnis khususnya untuk komoditas rempah," katanya.