Senin 19 Aug 2013 13:53 WIB

Demokrat: Tak Ada Anak Emas Dalam Konvensi Capres

Rep: dyah ratna meta novia/ Red: Heri Ruslan
Didi Irawadi Syamsudin
Foto: Republika / Tahta Aidilla
Didi Irawadi Syamsudin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat Didi Irawadi mengatakan, dalam konvensi Demokrat tidak ada anak emas yang diunggulkan dari pada peserta lainnya. Independensi konvensi capres Partai Demokrat dijamin sepenuhnya.

Seluruh peserta konvensi, terang Didi,  mempunyai kesempatan yang sama untuk bertarung di dalam proses konvensi yang dilakukan. Semua peserta konvensi adalah sama kedudukannya, tidak ada yang lebih tinggi atau istimewa.

"Dalam konvensi ini  tidak akan ada intervensi ataupun campur tangan lain dari Partai Demokrat yang bisa mempengaruhi hasil keputusan komite konvensi capres Partai  Demokrat. Majelis Tinggi sudah memberikan mandat penuh kepada Komite Konvensi untuk menyelenggarakan proses konvensi secara independen," kata Didi.

Keterlibatan publik, ujar Didi,  menjadi faktor utama dalam penentuan capres yang terpilih melalui konvensi Partai Demokrat. Konvensi ini dilakukan sebaik-baiknya.

Terkait adanya kemungkinan suara Demokrat yang belum tentu tinggi dalam pemilihan legislatif mendatang, Didi mengatakan, konvensi ini hanya untuk memilih calon presiden, bukan calon wakil presiden.

Sebelumnya, Board of Advisor Center for Strategic and International Studies (CSIS), Jeffrie Geovanie, mengatakan, konvensi calon presiden (capres) yang akan digelar Partai Demokrat bisa membuka peluang terciptanya regenerasi kepemimpinan nasional.

Jeffrie adalah pengamat politik yang pertama kali mengusulkan agar Partai Demokrat menggelar konvensi untuk menjaring calon presiden 2014. Ia mengusulkan perlunya digelar konvensi untuk menciptakan regenerasi kepemimpinan nasional.

''Saat ini, kita mengalami kebuntuan regenerasi politik. Konvensi bisa membuka peluang regenerasi kepemimpinan nasional,'' ujar Board of Advisor Center for Strategic and International Studies (CSIS), Jeffrie Geovanie, beberapa waktu lalu kepada ROL.

Ia menilai, sejumlah calon presiden yang sudah bermunculan lebih mewakili politisi dan genarasi masa lalu. Jeffrie menegaskan, banyaknya capres generasi tua, bertentangan dengan perkembangan masyarakat, yang pemilih mayoritas merupakan generasi baru, berumur di bawah lima puluh tahun.

“Capres yang muncul dari partai-partai umumnya bukan berasal dari generasi baru,” ungkapnya. Namun, pendiri The Indonesian Institute itu mengaku bersyukur karena masih ada partai yang akan menggelar konvensi untuk menjaring capres yang akan bertarung di bursa Pilpres 2014.

Jeffrie memperkirakan Partai Demokrat akan membuat konvensi secara terbuka, tidak membatasi generasi. ''Jadi membuka peluang bagi generasi baru yang merupakan generasi pemilih mayoritas.''

Ia berharap tokoh muda seperti Jokowi, Gita Wirjawan, Sri Mulyani, Marzuki Alie, Dahlan Iskan, Irman Gusman, Mahfud MD, Chaerul Tandjung, Hari Tanoesudibyo, Soetrisno Bachir dan banyak lagi, ikut daftar dan diterima sebagai calon oleh panitia konvensi nanti.

Tokoh-tokoh muda itu, kata dia, akan sulit diakomodasi partai-partai lain untuk jadi calon presiden. ''Jadi Demokrat membuka peluang untuk regenerasi itu.

Jeffrie berharap Partai Demokrat terbuka dalam mekanisme dan penetapan hasil akhir dari konvensi capres. “Kalau tidak terbuka dan demokratis, akan jadi bomerang,” tuturnya.

Ia berharap konvensi capres Partai Demokrat tidak seperti konvensi capres yang pernah digelar Golkar pada 2004. ''Karena, menurut dia, konvensi Golkar dulu elitis dan tertutup dilihat dari sisi pemilihnya. Pemilih sama sekali tidak terlibat. Yang memilih dalam konvensi Golkar adalah pengurus Golkar sendiri, dari cabang sampai DPP.''

“Kita tahu bahwa konvensi seperti yang digelar Partai Golkar itu rawan terhadap politik uang. Lebih dari itu hasilnya tidak mencerminkan aspirasi pemilih,” papar Jeffrie.

Karena mekanismenya yang kurang tepat, sambung dia, Wiranto yang ditetapkan sebagai calon dalam konvensi itu kalah jauh oleh SBY dan Megawati padahal Golkar waktu itu partai pemenang.

Bercermin pada pengalaman Golkar, Jeffrie berharap yang menentukan calon presiden di antara peserta konvensi itu adalah rakyat, pemilih pada umumnya.

Kalau cara ini yang dipakai maka Jeffrie yakin yang terpilih bukan hanya terbaik di antara peserta konvensi tapi juga kompetitif dengan calon dari partai-partai lain.

“Peluang untuk menang Pilpres menjadi lebih terbuka.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement