REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pekerjaan Umum (PU) berencana memperbaiki konstruksi di beberapa jalan, baik nasional maupun daerah. Langkah ini dilakukan melihat kondisi kemacetan yang tak kunjung terurai selama bertahun-tahun. Misalnya saja di Merak. Pada musim mudik kali ini kemacetan di Merak bahkan mencapai 6 jam. "Artinya, bagaimana nanti 10 tahun lagi? Kalau konstruksi terhambat, maka akan menghambat banyak hal," ujar Wakil Menteri Pekerjaan Umum Achmad Hermanto Dardak di kantornya, Kamis (15/8).
Berdasarkan pengamatan PU, masih banyak pula jalan nasional yang ditunggangi oleh pasar. Alhasil kemacetan terjadi di sejumlah ruas jalan. Arus kendaraan pun menjadi terganggu, walaupun PU berulangkali memperbaiki konstruksi jalanan.
Ada tiga langkah yang akan diterapkan agar pembenahan jalan berlangsung efektif. Pertama, jalan nasional yang melewati perkotaan akan mempunyai by pass dan fly over. Kedua, jalan tol yang menghubungkan perkotaan dengan jalan nasional akan dimodernisasi. Selanjutnya, pemerintah daerah diminta ikut berperan dalam membangun jalan. "Kalau jalan lancar, penyaluran logistik juga lebih cepat. Berarti bisa meningkatkan daya saing," kata Hermanto.
Kementerian PU menurut dia juga telah berhasil mengurai kemacetan di sejumlah tempat. Misalnya saja di Nagrek dan Gentong, Jawa Barat. Kedua jalan tersebut acapkali dikeluhkan oleh pemudik karena kemacetan yang bersifat laten.
Saat ini, Kementerian PU juga tengah mempersiapkan material untuk pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS). Namun perkembangan proyek ini masih menunggu opini dari Menteri Keuangan Chatib Basri. Pihaknya berkomitmen agar JSS dapat segera berdiri kokoh, makanya persiapan dilakukan sematang mungkin. Termasuk diantaranya menghitung kebutuhan material steel yang diperkirakan mencapai 400 ribu ton. "Kita selalu melakukan aksi dan mengantisipasi pembangunan JSS," ujarnya.
Kepala Badan Pembinaan Kontruksi Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Hediyanto W. Husaini berharap jasa konstruksi dapat lebih berperan untuk menghadapi Asean Economic Community (AEC) pada 2015. Peningkatan daya saing harus digenjot agar kelak Indonesia tidak hanya menjadi penonton diantara masyarakat ekonomi Asean.