REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertemuan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto di Istana negara, Kamis (8/8) menyisakan pertanyaan. Apakah benar pertemuan tersebut menjadi bentuk dukungan SBY kepada Prabowo pada pemilu mendatang?
Wakil Ketua Partai Gerindra Fadli Zon mengatakan, SBY sempat berpesan pada Prabowo. "Pak Prabowo confirm ya, confirm maju terus, ya?" ujar Fadli mengutip SBY. Pernyataan SBY tersebut dinyatakan Fadli sebagai bentuk dukungan kepada Prabowo. Namun, dikatakan, Gerindra belum memberi tanggapan serius atas pernyataan SBY tersebut.
Pengamat politik Arbi Sanit mengatakan, tak ada makna dalam ungkapan SBY tersebut. "Nggak lah (bukan dukungan untuk pilpres). Itu tidak ada arti apa-apa. SBY berbicara dengan kepentingan nasional, tidak ada kepentingan Demokrat di sana," ujarnya, Sabtu (10/8).
Menurut Arbi, ungkapan SBY tersebut merupakan hal biasa untuk memotivasi rakyatnya. Ia berbicara dengan kapabilitas sebagai kepala negara, bukan sebagai ketua umum partai. Jadi tidak ada indikasi Demokrat akan mendukung Gerindra untuk mengusung Prabowo sebagai presiden.
"Kemungkinan koalisi tetap ada. Sebab tidak ada jaminan Demokrat akan memperoleh suara bagus. Jadi SBY harus membuka peluang untuk bisa berkoalisi dengan siapa pun. SBY belum berani menutup diri untuk tidak berkoalisi, karena beberapa survei mengatakan perolehan suara Demokrat terus menurun," papar Arbi.
Gerindra saat ini juga tengah membuka diri untuk berkoalisi. Arbi memprediksi, Gerindra tak akan mendapatkan suara signifikan, karenanya perlu membuka diri. "Saya rasa Gerindra hanya akan dapat maksimal 10 persen suara. Karena Prabowo itu bukan kejutan nasional. Beda dengan SBY dahulu. SBY menjadi kejutan nasional setelah ditendang oleh Megawati," paparnya.