REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lima tahun terakhir urbanisasi di DKI Jakarta relatif berkurang. Sebagian besar pendatang baru yang datang bersama arus balik lebaran telah lebih banyak tertampung di daerah penyokong Jakarta, seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Pengamat Perkotaan dari Universitas Trisakti, Nirwono Yoga, mengatakan pendatang baru di DKI Jakarta tanpa keahlian khusus lebih berminat untuk bekerja di bidang properti seperti tukang bangunan. Banyaknya pembangunan di DKI Jakarta akan berdampak pula munculnya warung makanan disekitar pembangunan.
Kedua, mereka yang memiliki keahlian akan berminat bekerja sebagai pegawai kantoran. Sedangkan sebagai buruh pabrik, pendatang baru akan lebih memilih di daerah penyokong DKI Jakarta.
Mereka yang bekerja di Jakarta juga tidak lagi memiliki minat yang tinggi untuk bermukim di sana. "Pendatang yang bekerja di Jakarta lebih suka tinggal di pinggiran Jakarta karena harga rumah yang lebih murah," ujarnya, Selasa (6/8).
Nirwono tidak menampik Jakarta merupakan daerah dengan nilai pertumbuhan ekonomi paling tinggi di Indonesia. Sehingga, tidak heran Jakarta tetap menjadi daya tarik bagi pendatang baru asal Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Menurutnya, aturan Bina Kependudukan yang dilakukan Pemda DKI Jakarta dinilai lebih manusiawi dibandingkan Operasi Yustisi. Agar cara tersebut efektif DKI Jakarta perlu menerapkan program jangka panjang agar pendatang baru tiap tahun semakin menurun.