REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek) menjembatani peneliti dan produsen jamu guna mendongkrak kesiapan teknologi sekaligus komersialisasi hasil riset obat herbal.
"Kita perlu lakukan ini, ini untuk peningkatan teknologi sekaligus membuka peluang ekonomi baik bagi produsen, peneliti, hingga petani," kata Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Gusti Muhammad, di Jakarta, Selasa (31/7) malam.
Indonesia, katanya, saat ini berada di urutan 50 soal kesiapan teknologi. Sinergi para pemangku kepentingan di bidang obat herbal ini diharapkan dapat memicu pengembangan teknologi dari hulu hingga hilir.
Di lain pihak kerja sama produsen jamu dengan peneliti atau pusat penelitian dan pengembangan produk-produk herbal, menurut dia, juga akan memicu munculnya obat-obat herbal bermutu yang mampu berdampingan dengan obat-obat sintetik.
Ia pun berharap Pusat Unggulan Iptek (PUI) yang sengaja dibentuk Kemristek guna menghasilkan produk-produk dan teknologi untuk mendukung industri pun dapat dimanfaatkan produsen jamu atau obat herbal di Tanah Air.
"Ada beberapa PUI yang sudah dibentuk, tentu saja ini dapat dimanfaatkan pihak produsen obat herbal," lanjutnya.