Sabtu 27 Jul 2013 14:00 WIB

Korban Gempa Aceh Berharap Rumahnya Kembali Dibangun Pemerintah

 Sejumlah warga korban gempa berada ditempat pengungsian sementara di Desa Blang Mancom, Kecamatan Ketol, Aceh Tengah, Provinsi Aceh. Senin (2/7).
Foto: Antara/Rahmad
Sejumlah warga korban gempa berada ditempat pengungsian sementara di Desa Blang Mancom, Kecamatan Ketol, Aceh Tengah, Provinsi Aceh. Senin (2/7).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Korban gempa di dataran tinggi 'Tanah Gayo' Kabupaten Aceh Tengah, berharap pemerintah segera membangun kembali rumahnya yang hancur akibat gempa bumi yang terjadi pada 2 Juli 2013.

"Besar harapan agar pemerintah segera membangun kembali rumah kami yang hancur akibat gempa," kata seorang korban gempa 'Gayo' Sakdiah (43) di lokasi pengungsian di Aceh Tengah, Sabtu (27/6).

Warga Kampung Bah, Kecamatan Ketol Aceh Tengah itu mengutarakan harapannya kepada isteri Gubernur Aceh, Niaziah A Hamid yang mengunjungi lokasi pengungsian korban gempa Aceh Tengah.

Gempa berkekuatan 6,2 skala richter mengguncang dataran tinggi 'Tanah Gayo'. Akibatnya, 34 korban meninggal dunia di Aceh Tengah dan delapan orang di Bener Meriah. "Mohon ibu, jangan biarkan kami terlalu lama hidup di bawah tenda," ujarnya memohon.

Kunjungan Niazah dan rombongan untuk melihat langsung kondisi pengungsi selama masa transisi darurat sejak 17 Juli hingga 10 Agustus 2013. "Saat ini musim kemarau, banyak debu berterbangan sehingga membuat sakit anak-anak kami," kata Sakdiah mengungkapkan masalah yang dihadapi pengungsi korban gempa.

Saat ini sebanyak 48 ribu jiwa korban gempa Aceh Tengah ditampung sementara di sejumlah lokasi pengungsian serta berada dibawah tenda-tenda keluarga yang didirikan di lokasi rumahnya yang hancur akibat bencana. Pemerintah juga telah merelokasikan dua kampung (desa) yang dinilai tidak layak lagi dihuni warga karena tanahnya amblas yakni Kampung Bah dan Serempah ke lokasi lain yang sudah disepakati bersama masyarakat korban.

Percepatan relokasi warga yang masih mengungsi, menurut Bupati Aceh Tengah Nasaruddin adalah solusi terbaik, sehingga masyarakat bisa mengelola kebun sambil kembali membangun rumah dan kehidupan mereka.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement