REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden SBY menekankan pembahasan Alquran dan hak azasi manusia (HAM) dalam peringatan Nuzulul Quran di Istana Negara, Jumat (26/7).
Presiden mengatakan, Alquran memberikan perhatian yang tinggi terhadap perlindungan HAM. Alquran, kata Presiden SBY, mengakui hak asasi manusia sebagai hak yang tidak dapat dikebiri. Jauh sebelum pengukuhan Universal Declaration of Human Rights oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1948, sejak abad ketujuh Masehi, Alquran telah menempatkan manusia sebagai makhluk terhormat dan mulia.
"Alquran memberikan perlindungan dan penghormatan terhadap setiap manusia tanpa kecuali," kata Presiden.
Menurutnya, Islam telah mengajarkan untuk saling mengasihi dan menyayangi sesama manusia. Bahkan kepada mereka yang berbeda keyakinan.
HAM dalam Islam mengandung prinsip dasar tentang persamaan, kebebasan, dan penghormatan terhadap sesama. Islam juga mengakui dan menjamin hak dan kebebasan menyampaikan pendapat. Namun, ditegaskan Presiden SBY, kebebasan dalam Islam bukan kebebasan tanpa batas.
“Kebebasan dalam Islam adalah kebebasan yang memiliki etika, tanggung jawab, dan aturan yang jelas,” tuturnya.
Artinya, masih kata Presiden SBY, Islam mengajurkan umatnya untuk menyuarakan kebenaran dan keadilan. Presiden SBY beranggapan, dalam konteks itulah konsep kebebasan dalam Islam beririsan dengan hukum dan moralitas.
“Dalam konteks kehidupan kebangsaan kita, masing-masing elemen bangsa harus benar-benar menyadari bahwa di atas kebebasan ada hukum. Dan di atas kebebasan dan penegakan hukum, ada etika. Kebebasan dan hukum akan memperkokoh semangat kebangsaan dan kerakyatan, sementara etika merupakan pesan ketuhanan dan kemanusiaan,” paparnya.