REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kondisi Gunung Merapi dari data yang terpantau di BPPTKG (Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi) Yogyakarta masih dalam kondisi normal.
Hal itu dikemukakan Kepala Seksi Gunung Merapi, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Badan Geologi Sri Sumarti kepada wartawanm di kantornya, Kamis (25/7).
Dia mengatakan sejak terjadinya hembusan abu vulkanik Senin (22/7) lalu hingga Kamis (25/7) siang kondisi kegempaan cenderung mengalami penurunan.
Pada Rabu (24/7) tercatat gempa MP (Multi Phase) atau gempa di dekat permukaan terjadi sebanyak dua kali, LHF (Low High Frequency) atau awal kegempaan frekuensinya pendek kemudian diikuti tinggi, terjadi satu kali dan gempa tektonik tercatat satu kali.
"Sementara itu untuk Kamis ini (25/7) pukul 00.00-07.00 tercatat satu kali gempa tektonik, dan dari pukul 07.00 sampai siang belum ada kegempaan," kata dia.
Oleh sebab itu status Gunung Merapi dipastikan belum akan ditingkatkan sampai adanya peningkatan aktivitas vulkanik. Di samping ini sampai saat ini deformasi belum ada trend yang menunjukkan adanya inflasi atau deflasi sehingga statusnya masih normal.
Berkaitan dengan adanya imbauan dari beberapa pakar kegunungapian untuk meningkatkan status dari normal ke waspada, BPPTKG tetap mengacu pada data pemantauan.
Hal yang biasa tetapi dalam menentukan status gunung api termasuk Merapi berdasarkan hasil pemantauan, yang kemudian dievaluasi dan didiskusikan.
"Kalau kondisinya normal ya tetap kita nyatakan normal. Namun kalau ada indikasi peningkatan aktivitas ya kita catat ada peningkatan," ungkap dia.