Selasa 23 Jul 2013 19:06 WIB

Anomali Cuaca, Produksi Ikan Turun

Rep: Lilis Handayani/ Red: Djibril Muhammad
Kapal penangkap ikan (ilustrasi)
Foto: dkp.kutaikartanegarakab.go.id
Kapal penangkap ikan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Dampak terjadinya anomali cuaca melanda berbagai bidang, termasuk perikanan. Akibat cuaca yang tak menentu, hasil tangkapan ikan di laut menjadi rendah. Produksi ikan di tempat pelelangan ikan (TPI) Karangsong, Kecamatan/ Kabupaten Indramayu pun menjadi anjlok.

 

Berdasarkan data dari pihak pengelola TPI Karangsong Indramayu, produksi ikan pada Juni 2013 hanya sebanyak 700 ton. Padahal produksi ikan pada bulan sebelumnya mencapai 1.500 ton. Itu berarti, terjadi penurunan sekitar 53,3 persen.

 

"Hujan yang terus berlangsung saat ini membuat nelayan kesulitan mendapatkan ikan di laut," ujar General Manager Koperasi Perikanan Laut (KPL) Mina Sumitra Indramayu selaku pengelola TPI Karangsong, Ahmad Syahroni, Selasa (23/7).

 

Syahroni pun memprediksi, penurunan produksi ikan akan terus terjadi pada bulan-bulan selanjutnya. Pasalnya, hingga kini kondisi cuaca masih tidak menentu.

 

Syahroni mengungkapkan, kondisi tersebut sangat merugikan nelayan. Apalagi, nelayan saat ini sedang tertekan akibat naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) yang membuat biaya melaut membengkak.

 

Syahroni menyebutkan, pascakenaikan harga BBM, biaya melaut untuk kapal bertonase sedang yang semula Rp 30 juta naik menjadi Rp 36 juta. Sedangkan biaya melaut kapal bertonase besar yang semula Rp 50 juta kini naik menjadi Rp 70 juta.

 

Salah seorang juragan kapal, Robani Hendra Permana, menambahkan, kondisi yang terjadi saat ini tak lepas dari siklus tahunan. Dia menjelaskan, pada sekitar Mei – Agustus, hasil tangkapan ikan di laut memang mengalami penurunan. Sedangkan pada September – Februari, hasil tangkapan ikan akan meningkat.

 

"Ini terjadi secara rutin setiap tahun akibat perubahan cuaca dan air Laut Jawa," tutur Robani.

 

Robani mengatakan, untuk fenomena anomali cuaca, dampaknya dirasakan oleh nelayan yang kapalnya kurang dari 30 GT. Sedangkan kapal-kapal yang berukuran di atas 30 GT, kurang terpengaruh  karena sudah dilengkapi radio komunikasi dan sounder. Dengan adanya alat itu, maka nelayan bisa mencari daerah yang ada ikannya.

 

Sementera itu, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Pujiono, mengungkapkan, anomali cuaca terjadi sejak awal 2013 hingga Agustus nanti.

Sedangkan pada Agustus diperkirakan sudah masuk musim penghujan. Itu berarti, curah hujan diprediksi akan terus berlangsung sepanjang tahun 2013 di wilayah Cirebon. "Jadi pada tahun ini tidak ada kemarau," kata Pujiono.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement