Selasa 23 Jul 2013 04:13 WIB

Jokowi Capres Tanda Elite Politik tak Percaya Diri

Rep: Muhammad Akbar Wijaya, Dyah Ratna Meta Novia/ Red: M Irwan Ariefyanto
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi)
Foto: Antara
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Elite partai politik tidak memiliki kepercayaan diri untuk maju dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014. Mereka berusaha mengatrol ketidakpercayaan dirinya dengan cara menyambangi Joko Widodo (Jokowi) yang memiliki elektabilitas tinggi. “Mereka tidak percaya diri. Mereka tidak berkualitas," kata guru besar ilmu politik Universitas Indonesia Iberamsjah ketika dihubungi Republika, Senin (22/7).

Iberamsyah mengatakan, kebanyakan elite politik mendatangi Jokowi karena terpengaruh dengan hasil survei yang menempatkan elektabilitas Jokowi di puncak teratas.

Iberamsjah mengatakan, fenomena para politikus mendekati Jokowi mencerminkan lemahnya mentalitas mereka. Ini menunjukkan para politikus itu tidak layak menjadi pemimpin karena tidak memiliki kinerja dan gagasan yang membuat rakyat percaya.

Jokowi menjadi magnet pada percaturan politik Indonesia setelah terpilih menjadi gubernur DKI Jakarta. Mantan wali kota Solo, Jawa Tengah, ini selalu berada di posisi teratas dalam berbagai survei.

Karena itu, pimpinan-pimpinan parpol merespons hal ini dengan membuat kalkulasi politik soal untung dan rugi dalam melakukan pendekatan kepada Jokowi. Dua pimpinan parpol sudah melakukan pendekatan terhadap Jokowi.

Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa bertemu dengan Jokowi di kediaman Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri di Menteng, Jakarta Pusat, baru-baru ini. Pendiri Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto juga melakukan pendekatan serupa dengan Jokowi.

Jokowi mengatakan, dia juga sering bertemu melakukan komunikasi dengan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie. “Di kawinan juga sering bertemu,” ujar dia. Namun, pertemuan itu hanya membahas masalah seputar DKI Jakarta dan pemerintahan.

Jokowi menyatakan, persoalan Pilpres 2014 bukanlah kewenangannya. “Saya sudah sering ngomong, itu urusanya ketua umum PDIP, Ibu Mega,” kata dia. Sesuai amanat Kongres PDI Perjuangan di Bali pada 2010 lalu, Megawati yang akan menentukan siapa yang akan diusung sebagai capres.

Megawati belum memutuskan apakah dia akan maju dalam pilpres mendatang atau mengusung calon lain. Ketua DPP PDI Perjuangan Maruarar Sirait mengatakan, pihaknya masih mencermati berbagai aspirasi masyarakat yang tecermin lewat survei.

Karena itu, PDI Perjuangan tidak khawatir dengan manuver-manuver politik yang dilakukan elite politik partai lain guna menggandeng Jokowi. Bagi PDI Perjuangan, manuver itu wajar mengingat survei elektabilitas Jokowi cukup tinggi.

Beberapa parpol yang sudah memutuskan calon presiden, yaitu PAN dengan mengusung Hatta Rajasa, Gerindra mengusung Prabowo, dan Golkar mengusung Aburizal. Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar Leo Nababan mengatakan, Golkar hanya tinggal menentukan pendamping Aburizal.

Golkar sudah menyerahkan sepenuhnya pemilihan pendamping itu kepada Aburizal. Aburizal akan mengumumkan siapa yang mendampinginya untuk bertarung dalam Pilpres 2014 ketika Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Golkar. “Biasanya rapimnas dilakukan Oktober saat ulang tahun Golkar," ujar Leo.

Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Hanura Saleh Husin mengatakan, pihaknya tidak tertarik untuk menggandeng Jokowi dalam Pilpres 2014 meskipun Jokowi memiliki elektabilitas tinggi. "Pencalonan pasangan capres-cawapres Wiranto-Hary Tanoe sudah final, jadi tidak ingin mengubahnya," kata dia.

Partai Demokrat bakal menggelar konvensi untuk memilih calon presiden. Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Nurhayati Ali Assegaf mengatakan, partainya tidak gentar jika calon yang terpilih dalam konvensi harus bersaing dengan Jokowi. “Kami sudah makan garam dalam berbagai pemilu, jadi tidak khawatir dengan elektabilitas Jokowi," ujar dia

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement