REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah titik api (hotspot) di Riau terus mengalami kenaikan. Pantauan satelit NOAA-18 menunjukkan ada 173 titik. Hotspot ini tersebar di Rokan Hilir (69 titik), Bengkalis (41 titik), Rokan Hulu (9 titik), Siak (20 titik), dan Dumai (12 titik).
Daerah lainnya terdapat satu titik api, yaitu di Kampar, Pelalawan dan Kepulauan Meranti. Akibatnya kabut asap menyelimuti Riau sehingga menurunkan jarak pandang di Riau. "Selasa pagi ini (22/7) jarak pandang di Bandara Pekanbaru hanya 70 meter dan di Dumai 800 meter," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho melalui pesan elektronik, Selasa (22/7).
Kondisi ini, tutur Sutopo, menyebabkan gangguan kedatangan dan keberangkatan pesawat dari dan ke Pekanbaru disamping itu menyebabkan kondisi kualitas udara menjadi menurun. Badan Lingkungan Hidup Provinsi Riau melaporkan ISPU yang diukur pada sekitar jam 08.00 WIB di beberapa kota adalah Rumbai 619 psi, Minas 247 psi, Duri Camp 164 psi, dan Duri Field 292 psi.
"Artinya sudah tidak sehat. Bahkan ISPU di Malaysia juga mengalami kenaikan," jelas Sutopo. Untuk mengantisipasi bencana asap tersebut, Sutopo mengatakan, BNPB berkoordinasi dengan Pemda Riau dengan memberi pendampingan dan menyiapkan 2 pesawat Hercules C-130 dan 4 pesawat Casa untuk operasi teknologi modifikasi cuaca atau hujan buatan.
"Operasi water bombing terus dilaksanakan dengan tiga helikopter Bolco BNPB, dan 1 helikopter Sikorsky yang mampu mengangkut air 4.500 liter untuk dijatuhkan dititik api di Riau," ujar Sutopo. Selain itu, peralatan dan personil untuk TNI juga disiagakan untuk dikerahkan jika kondisi membutuhkan.
Sutopo menambahkan puncak kebakaran lahan dan hutan adalah pada bulan Agustus hingga Oktober, baik di Sumatra dan Kalimantan. Kunci utama antisipasi bencana asap adalah, kata dia, yakni dengan mengimplementasikan peraturan-peraturan terkait dengan pencegahan kebakaran lahan dan hutan.