REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Selama ini, kebutuhan cairan infus dalam negeri ditopang oleh impor dari Amerika Serikat, Jerman, dan negara Asia lainnya. Menurut Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Pembiayaan dan Pemberdayaan Masyarakat, Yusharmen D, kemarin, potensi pabrik infus di dalam negeri harus bisa diandalkan.
Kaena itu, kata dia, Keberadaan pabrik cairan infus yang berlokasi di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, diharapkan mampu membantu memenuhi kebutuhan dalam negeri. "Dengan keberadaan pabrik B Braun di Indonesia maka biaya pengadaan produk kesehatan itu diyakini bakal lebih efisien dan jaminan pasokan lebih jelas," katanya, di sela Groundbreaking Pembangunan Pabrik Infus di Karawang, Jumat (19/7).
Perusahaan farmasi asal Jerman melalui anak usahanya, PT B Braun Medical Indonesia, itu membawa angin segar terkait dengan upaya pemenuhan kebutuhan infus di dalam negeri. Dikatakannya, jika pabrik infus itu sudah berproduksi, minimal kebutuhan cairan infus dan obat injeksi lebih pasti daripada sebelumnya selalu impor.
"Keberadaan pabrik infus itu juga sangat mendukung program BPJS (Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial) itu. Sebelum 2019 semua persiapan harus dapat terpenuhi. Ketika BPJS diberlakukan harus ada kemampuan memenuhi kebutuhan produk kesehatan," katanya.
Infus sendiri merupakan produk yang sangat dibutuhkan mengingat dari total populasi masyarakat Indonesia sekitar 250 juta jiwa, diperkirakan 30 persen di antaranya sakit atau sejumlah 75 juta jiwa. Sekitar 48 persen dari jumlah itu ialah kelompok yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Sebanyak 48 persen dari 75 juta jiwa tersebut setara dengan 36 juta jiwa itulah orang yang memerlukan penanganan sampai dirawat menggunakan infus.