REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Obesitas pada anak berisiko meningkatkan terjadinya kematian muda atau kematian di bawah usia 55 tahun. Ini sebagaimana dikatakan Ketua II Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. Aman Pulungan, SpA(K).
"Anak yang obesitas berisiko mengalami intoleransi glukosa, hipertensi, atau hiperkolesterol yang merupakan penyebab kematian muda," ujar Aman pada diskusi kesehatan di Jakarta.
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan, yang terjadi ketika konsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan tubuh.
Aman mengatakan obesitas tidak semata terjadi karena genetik. Namun, obesitas lebih banyak karena pola hidup yang tidak sehat dan seimbang.
Salah satu penyakit yang paling rentan menyerang usia muda akibat obesitas pada masa anak adalah diabetes. Lebih lanjut, Aman mengemukakan bahwa sekitar dua juta remaja atau sekitar satu dari enam remaja gemuk dengan usia 12 hingga 19 tahun sudah memasuki tahap pre-diabetes.
"Angka ini sudah semakin mengerikan. Di Jakarta saja 19,6 persen anak sudah masuk dalam kategori gemuk bahkan obesitas," katanya.
Aman mengkhawatirkan bahwa bila hal demikian terus menerus dibiarkan, maka akan menjadi generasi di mana ana-anak muda akan meninggal lebih cepat dibandingkan dengan orang tuanya akibat pola makan dan pola hidup yang merupakan penyebab obesitas dan diabetes.
Oleh sebab itu, Aman mengimbau agar masyarakat lebih waspada dengan melakukan pencegahan terjadinya obesitas dengan melakukan langkah '5 2 1 0'.
"Lima yaitu konsumsi lima porsi sayur perhari, dua adalah supaya Anda tidak duduk lebih dari dua jam, satu untuk sisihkan satu jam untuk aktivitas fisik setiap hari dan 20 menit kegiatan olahraga minimal tiga kali seminggu," jelas Aman.
Sementara untuk nol, Aman mengimbau agar masyarakat tidak mengonsumsi minuman bergula sama sekali dan lebih memilih konsumsi air putih atau air mineral.