Senin 15 Jul 2013 16:37 WIB

Ribuan Anak Jalanan di Depok Terancam Putus Sekolah

Rep: Rahmi Suci Ramadhani/ Red: Yudha Manggala P Putra
Siswa Sekolah Master Depok
Foto: sekolahmaster.wordpress.com
Siswa Sekolah Master Depok

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Sekitar 3.000 anak-anak yatim piatu, kaum dhuafa, dan anak jalanan yang bersekolah di Sekolah Masjid Terminal (Master) Depok, Jawa Barat terancam putus sekolah, menyusul bakal digusurnya sekolah gratis tersebut.

Pendiri Sekolah Master yang kini menjabat Dewan Pembina Sekolah, Nurrohim mengatakan, penggusuran dilakukan karena ada rencana pembangunan untuk optimalisasi Terminal Terpadu Kota Depok. Terminal Depok nantinya akan terintegrasi dengan Stasiun Depok Baru. Selain itu, akan dibangun pusat perbelanjaan Depok Grosir Center.

‘’Tidak ada kejelasan setelah digusur, solusinya bagi kami bagaimana. Belum ada titik temu,’’ kata Nurrohim yang ditemui di Sekolah Master, Senin (15/7).

Dia menambahkan, meskipun ada suasana yang tidak mengenakkan, kegiatan belajar mengajar di sekolah dikondisikan untuk berjalan normal.

Nurrohim mengaku, dari total lahan seluas 6.000 meter persegi, hanya 4.000 meter persegi yang telah memiliki surat wakaf dan sertifikat tanah atas nama yayasan sekolah. Sementara, hak penggunaan lahan seluas 2.000 meter persegi, yang bukan milik yayasan, telah habis.

Dia mengharapkan, pihak pengembang menyetujui untuk ‘tukar guling’ lahan. Maksudnya, pengembang membeli lahan yang tidak terkena gusur di sekitar Terminal Depok dan menukarnya dengan lahan resmi milik Sekolah Master yang akan terkena gusur. ‘’Kalau digusur memang sudah pasti. Harapannya ada kejelasan sebelum mereka bekerja (menggusur),’’ kata Nurrohim.

Nurrohim merinci, Sekolah Master memiliki beberapa bangunan di antaranya ruang kelas taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA). Selain itu terdapat pula laboratorium komputer, laboratorium bahasa, mushola putri, ruang sekretariat, klinik, koperasi, bengkel, dan asrama mahasiswa.

Sekolah yang berdiri pada tahun 2000 ini, memiliki 115 guru yang mengajar anak-anak dari kalangan tidak mampu dan terlantar. Sebagian besar guru merupakan alumni Sekolah Master yang mengecap pendidikan tinggi di universitas-universitas ternama, seperti Universitas Indonesia. Sebanyak 60 orang di antaranya tinggal di asrama mahasiswa yang akan digusur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement