REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono hari ini meresmikan peluncuran 30 unit bajaj berbahan bakar gas (BBG) bermerek Wanhu, yang berarti seribu macan.
Bajaj Wanhu ini merupakan bentuk revitalisasi armada, dari yang semula berbahan bakar minyak menjadi berbahan bakar gas, yang dilakukan oleh Koperasi Bajaj Sehati (KBS).
Konversi bajaj dari BBM ke BBG ini memang bukan yang pertama kalinya. Namun demikian, menurut Pristono, hal ini merupakan sebuah bentuk kemajuan yang dicapai angkutan umum.
Pristono menjelaskan, saat ini umumnya bajaj dimiliki oleh perorangan. Akibatnya, sering kali tidak terkontrol. Sementara, Bajaj Wanhu ini dimiliki oleh koperasi yang berbadan hukum. Karena milik koperasi, maka manajemennya juga lebih baik.
Semua sopir Bajaj Wanhu berseragam dan memakai identitas. Selain itu, setiap kendaraan harus diparkirkan di pul. Di tempat tersebut, bajaj harus diperiksa, mulai dari kelayakan kendaraannya hingga kondisi supirnya sebelum berangkat beroperasi.
"Sesuai Undang-Undang, operator angkutan umum itu harus berbentuk badan hukum atau boleh juga koperasi. Tidak dibenarkan lagi milik perorangan," kata dia dalam acara peresmian di Stasiun Gondangdia, Senin (15/7). Pristono berharap, langkah peremajaan yang dilakukan KBS ini diikuti oleh koperasi-koperasi lain.
Sementara itu, Ketua KBS, Anna Suyanti mengatakan, hari ini baru ada 30 Bajaj Wanhu yang beroperasi. Namun, masih ada 100 bajaj lain yang masih dalam proses perijinan.
Menurut Anna, KBS sendiri masih memiliki 5000 bajaj edisi lama. Secara bertahap, kata dia, bajaj tersebut akan diganti dengan bajaj BBG. Dia mengatakan, nilai investasi satu bajaj BBG seharga Rp 50 juta. "Rencana setiap bulan ada 200 bajaj yang diganti," ujarnya dalam kesempatan yang sama.