REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pengamat transportasi perkotaan, Ni Ketut Sri Astuti Sukawati berpendapat, Kota Denpasar harus membuat jalan bawah tanah pada perempatan. Tujuannya agar bisa mengurai kemacetan.
"Sudah saatnya Pemerintah Kota Denpasar memikirkan untuk membangun jalan bawah tanah atau 'underpass' pada perempatan jalan yang rawan kemacetan, seperti yang diwacanakan pemerintah untuk membangun 'underpass' perempatan Gatot Subroto-Cokroaminoto," kata Sri Astuti Sukawati di Denpasar, Jumat (12/7).
Menurut dosen Universitas Saraswati Denpasar itu, langkah membangun jalan bawah tanah tersebut merupakan salah satu solusi mengatasi kemacetan lalu lintas di perkotaan.
"Pembangunan 'underpass' tersebut salah satu jalan keluar untuk mengurai kemacetan. Bila tidak dipikirkan mulai sekarang, ke depannya Kota Denpasar kemacetan lalu lintasnya bisa seperti di kota-kota besar antara lain seperti di DKI Jakarta," kata alumnus S2 bidang transportasi Universitas Indonesia.
Ia mengamati, belakangan ini kemacetan lalu lintas tersebut juga disebabkan perilaku masyarakat yang memiliki kecenderungan menggunakan kendaraan pribadi dibanding angkutan umum. "Perilaku masyarakat itu juga memicu dan memperparah meningkatnya kendaraan pribadi yang lalu lalang pada jam-jam kerja atau jam sibuk," ujarnya.
Guna mengatasi kemacetan lalu lintas, menurut Sukawati selain membangunan jalan bawah tanah yakni membangun transportasi monorel. "Tapi hal itu akan sulit terwujud karena lahan untuk perlintasan monorer juga memerlukan lahan khusus," katanya.
Sukawati lebih lanjut mengatakan dalam membangun proyek jalan bawah tanah di perempatan Gatot Subroto-Cokroaminoto pembangunannya agak berat, karena lokasinya terbatas, sedangkan arus lalu lintas sangat padat.
"Pembangunan proyek 'underpass' di lokasi tersebut sangat berat, karena harus mampu mengatur lalu lintas agar bisa jalan. Sedang di satu sisi sedang menggali proyek tersebut," tuturnya mengakhiri.