REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sebanyak 400 hektar lahan tembakau di Kabupaten Sleman beralih menjadi lahan palawija. Pasalnya, para petani tembakau enggan merugi lantaran tingginya curah hujan saat ini.
Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTDI) Sleman, Suwarji, mengatakan akibat gangguan cuaca tersebut para petani tembakau memundurkan jadwal musim tanam.
"Petani biasanya menanam bibit tembakau sekitar Mei. Tapi saat ini ditanam pada pertengahan Juni dan akan panen sekitar September," kata Suwarji, Selasa (9/7).
Masa tanam yang diundur ini dilakukan untuk mengurangi risiko gagal panen tembakau. Dari 1.400 hektar lahan tembakau, saat ini hanya sekitar 1.000 hektar yang ditanami. 400 hektar lainnya ditanami tanaman palawija seperti jagung.
"Karena cuaca tidak menentu, kadang hujan kadang tidak, lalu tanaman tembakau dialihkan. Tanamannya menjadi palawija," tambah Suwarji.
Ia mengatakan berkurangnya lahan yang ditanami tembakau berimbas pada berkurangnya pasokan tembakau ke pabrik-pabrik rokok. "Tapi karena petaninya tidak hanya dari Sleman saja, jadi pabrik tidak terlalu berpengaruh," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Sleman, Widi Sutikno, mengatakan akibat curah hujan yang tinggi produksi tembakau menurun. Hal ini disebabkan oleh banyaknya petani yang beralih menanam palawija.
Menurutnya, musim kemarau basah yang terjadi saat ini membuat para petani tembakau enggan menanam lantaran takut merugi akibat harga yang turun. Ia mengimbau bagi para petani tembakau yang sudah terlanjur menanam untuk membuat saluran drainase dan memberi pupuk.