Kamis 04 Jul 2013 19:22 WIB

Data Lama Tanpa Verifikasi Pemicu Karut Marut BLSM

Seorang warga, Suyatno, 58 tahun, memperlihatkan Kartu Perlindungan Sosial (KPS) dan uang Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) sebesar Rp300 ribu untuk jangka dua bulan yang telah diambil di Kantor Pos Semarang, Jateng, Sabtu (22/6)
Foto: ANTARA FOTO
Seorang warga, Suyatno, 58 tahun, memperlihatkan Kartu Perlindungan Sosial (KPS) dan uang Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) sebesar Rp300 ribu untuk jangka dua bulan yang telah diambil di Kantor Pos Semarang, Jateng, Sabtu (22/6)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Anggota Komisi VIII Tb. Ace Hasan Syadzily mengatakan karut-marutnya pembagian bantuan langsung sementara masyarakat karena berdasarkan data lama (2011) sehingga tidak sesuai lagi dengan kondisi yang ada.

"Pembagian BLSM karut-marut ini akar masalahnya adalah data BPS yang digunakan pemerintah tahun 2011. Data yang digunakan bukan yang terkini dan tidak diverifikasi," katanya pada diskusi bertema "Karut-Marut Pembagian BLSM" di gedung DPR, Kamis (4/7).

Diskusi menghadirkan pembicara Tb. Ace Hasan S., anggota Fraksi PKS Refrizal dan pakar kebijakan publik Andrinof Chaniago. Menurut Tb. Ace, data yang digunakan pemerintah saat ini merupakan data pada tahun 2011 sehingga tidak cocok digunakan lagi sebagai dasar membagi BLSM kepada warga miskin dan memunculkan banyak masalah mendasar.

"Seharusnya, Pemerintah tidak menggunakan data itu karena dalam dua tahun pasti sudah banyak terjadi perubahan mendasar dari masyarakat," kata Ace. Ace menyayangkan data lama dipakai oleh Pemerintah. Untuk itu, Ace meminta dengan tegas perlunya pembaruan data tersebut.

"Kalau perlu, digunakan data baru dalam membagikan BLSM. Karena data 15,5 juta penduduk bukan hanya untuk BLSM, melainkan juga raskin," katanya.

Ace menegaskan lagi tidak bisa data yang dipakai sekarang dipakai untuk penerima BLSM.

Ace juga menjelaskan, berdasarkan data dari PT POS per 9 Juni 2013, dari 10 juta kartu yang disebarkan kepada para penerima BLSM yang dikembalikan sebanyak 93.860 kartu.

Dengan perincian, kata dia, sebanyak 12,8 persen karena orangnya meninggal dunia, 1,16 persen, 53 persen karena pindah, 1,27 persen tidak dikenal, serta 21,8 alamatnya tidak dikenal dan 16,5 persen tak dikenal.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement