REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Desain infrastruktur dan bangunan yang hemat energi semakin dibutuhkan karena hampir separuh konsumsi energi dunia berasal dari bangunan.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim Shinta Widjaja Kamdani mengatakan bangunan dari berbagai jenis apapun itu menggunakan hampir 40 persen dari energi global.
Bahkan jika energi yang dikonsumsi selama proses konstruksi bangunan dihitung maka akan menjadi lebih dari 50 persen dari konsumsi energi dunia.
"Penggunaan energi memang harus diefektifkan dan sebenarnya ada peluang bagi investor untuk mulai melakukan investasi dalam sektor efisiensi energi," katanya seperti dikutip dari siaran pers, Rabu (3/7).
Peluang investasi itu, lanjut Shinta, bisa cukup besar karena memiliki "social cost" yang rendah dengan pengembalian yang tinggi atas nilai investasi yang diharapkan.
Menurut dia, tingginya penggunaan energi di kawasan industri dan perkotaan dalam menyokong kegiatan perekonomian menuntut adanya inovasi dalam konsep desain infrastruktur dan bangunan yang ramah lingkungan dengan penggunaan energi yang efektif.
Tuntutan atas kebutuhan tersebut di era modern dewasa ini membawa peluang bagi pelaku usaha untuk melakukan investasi dalam efiensi energi baik untuk bangunan maupun kawasan industri.
Kadin mengapresiasi pemerintah Indonesia yang telah mengakui perubahan iklim sebagai kunci dalam pembangunan ekonomi dan perencanaan. Bahkan, Indonesia memiliki komitmen politik yang kuat untuk mengurangi emisi karbondioksida.
Atas dasar itu kalangan dunia usaha ikut terlibat dalam beberapa kebijakan dan inisiatif yang telah dikembangkan.
"Apapun tantangan dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan masing-masing, tugas utama sektor bisnis adalah bagaimana mengembangkan strategi, atau membuat pendekatan baru dalam menerapkan komponen keberlanjutan yang menguntungkan baik untuk bisnis maupun lingkungan," kata Shinta.