Selasa 02 Jul 2013 23:26 WIB

Solar Capai Rp7.000, Kehidupan Nelayan Makin Terhimpit

Rep: ita nina winarsih/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Nelayan.   (ilustrasi)
Foto: Antaa
Nelayan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Pascakenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), kehidupan nelayan makin terhimpit. Kini mereka harus membeli solar seharga Rp 7.000 per liter. Harga tersebut, jauh lebih tinggi dibanding harga penjualan yang ada di pom bensin.

Wardita, 43 tahun, nelayan asal Pakisjaya, mengatakan, kenaikan harga BBM berdampak pada meningkatnya biaya operasional (modal) nelayan. Karena, nelayan harus membeli Solar dengan harga yang lebih mahal dibanding saat Solar hanya Rp 4.500 per liter.

"Sewaktu Solar harganya Rp 4.500, kita biasa membeli BBM itu di eceran seharga Rp 6.000 per liter," ujarnya, kepada Republika, Selasa (2/7).

Kini, harga Solar di eceran pun turut naik. Dengan begitu, biaya melaut jadi ikut tinggi. Biasanya, dalam sehari membutuhkan biaya sebesar Rp 150 ribu, saat ini kebutuhan minimalnya Rp 200 ribu.

Dengan kondisi begitu, hutang nelayan terhadap bakul atau pemilik semakin bertambah. Kondisi ini sangat merugikan nelayan. Apalagi  para bakul ini seenaknya membeli hasil tangkapan nelayan dengan harga murah.

Seperti, untuk udang berukuran 30 cm, harga normalnya mencapai Rp 85 ribu per Kg. Tapi karena nelayan punya utang, maka tengkulak itu membelinya seharga Rp 60 ribu per Kg. Begitu pula dengan ikan. Misalkan bawal puti, harga normalnya Rp 180 per Kg dan dibeli hanya Rp 120 ribu per Kg. 

"Sudah harga Solar mahal, hasil tangkapan kami dibeli dengan murah. Makanya, utang kami banyak ke bakul," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement