Senin 01 Jul 2013 21:13 WIB

Juni, Inflasi di Jabar Melonjak Capai 1,5 Persen

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Djibril Muhammad
Inflasi di Jabar dipicu oleh meningkatnya harga kebutuhan bahan pokok
Foto: jabarprov.go.id
Inflasi di Jabar dipicu oleh meningkatnya harga kebutuhan bahan pokok

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Laju inflasi Jawa Barat pada Juni cukup mencapai 1,5 persen. Angka itu melonjak signifikan dibandingkan pada bulan lalu yang hanya 0,19 persen. "Hampir semua kelompok yang disurvei mengalami kenaikan," ujar Kepala BPS Jabar, Gema Purwana kepada wartawan, Senin (1/7).

Menurut Gema, kelompok yang mengalami inflasi paling tinggi adalah transportasi sebesar 0,76 persen. Selain itu, kelompok lain yang mengalami kenaikan cukup tinggi adalah bahan makanan sebesar 0,6 persen. "Hanya kelompok sandang yang mengalami deflasi 0,01 persen," katanya.

Gema menjelaskan, komoditas yang menyumbang inflasi di antaranya bensin, angkutan dalam kota, daging ayam ras, cabai merah, beras, petai, cabai rawit, dan jengkol. Sedangkan komoditas yang mengalami deflasi, di antaranya jeruk serta bawang putih.

Dari pantauan BPS Jabar, kata dia, inflasi terjadi di tujuh kota di Jabar. Kenaikan paling tinggi terjadi di Kota Depok sebesar 1,79 persen sedangkan kenaikan terendah terjadi di Kota Tasikmalaya sebesar 0,85 persen. "Inflasi di Depok juga menjadi yang tertinggi secara nasional," katanya.

Untuk diketahui, inflasi Jabar secara year to date telah mencapai 4,26 persen sedangkan secara year on year mencapai 6,65 persen. Pemerintah sendiri, menargetkan inflasi tahun ini berkisar 7,2 persen.

Sementara menurut Kepala Bidang Statistik Produksi BPS Jabar, Ruslan, inflasi Jabar perlu segera diredam. OLeh sebab itu, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) perlu segera menyiapkan langkah strategis untuk mencegah gejolak harga.

"Tekanan inflasi saat ini sangat berat sehingga harus segera diredam, kami harapkan segera ada upaya dari TPID," katanya.

Dia menjelaskan, upaya yang bisa dilakukan di antaranya dengan menggelar Operasi Pasar (OP). Kegiatan itu dipandang cukup efektif menahan lonjakan harga barang kebutuhan.

Menurut Ruslan, kenaikan harga BBM subsidi menjadi pemicu utama lonjakan inflasi Jabar. Karena, berpengaruh terhadap biaya angkutan barang kebutuhan.

Oleh sebab itu, pihaknya berharap paling tidak adanya kelancaran distribusi barang kebutuhan. "Dampak kenaikan BBM masih akan dirasakan pada bulan depan," katanya.

Selain itu, ia mengimbau kepada masyarakat agar tidak melakukan aksi borong. Sebab, ekspetasi berlebih membuat permintaan meningkat yang memicu kenaikan harga. "Kami berharap kenaikannya tidak lebih dari target inflasi yang dicanangkan pemerintah sebesar 7,2 persen," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement