REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo memastikan tarif bus Transjakarta tidak jadi dinaikkan dari Rp 3.500 menjadi Rp 5.000.
Ia tidak ingin kenaikan harga Transjakarta yang terlalu tinggi justru berimbas pada peralihan penggunaan kendaraan umum ke kendaraan pribadi.
"Kita tidak ingin ada perpindahan orang. Tidak menggunakan Transjakarta tapi malah menggunakan mobil pribadi dan sepeda motor kita ingin men-drive orang gunakan Transjakarta," katanya saat ditemu di Kantor Wakil Presiden, Rabu (26/6).
Ia mengatakan jangan sampai pengguna kendaraan pribadi semakin banyak dikarenakan tarif angkutan umum mengalami kenaikan terlalu di tinggi. Ia menyakini armada yang terus ditambah setiap akhir tahun membantu warga Jakarta.
Mengenai tarif angkutan umum, Jokowi mengatakan belum sampai pada putusan resmi karena masih dibahas bersama DPRD. Yang jelas, jika keputusan sudah keluar, semua angkutan umum di Jakarta harus mengikuti.
Ia mengakui di lapangan, kenaikan tarif angkutan umum sudah lebih dari ketetapan pemerintah yakni 15 persen.
"Kemarin ada yang minta 60-80 persen, tapi kemarin rata-rata naiknya 40 persen," katanya. Sebelumnya diberitakan, Pemprov DKI Jakarta mengusulkan tarif baru angkutan kota sebagai penyesuaian atas kenaikan harga BBM.
Berdasarkan perbandingan kalkulasi di antara Dinas Perhubungan DKI, Organda, dan DTKJ, diusulkan tarif bagi bus kecil yakni Rp 3.000, bus sedang Rp 3.000, bus besar Rp 3.000, dan bus transjakarta menjadi Rp 5.000. Selanjutnya, draf usulan tarif baru itu kemudian diserahkan kepada DPRD DKI untuk disetujui. Esthi Maharani