REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan, berdasarkan pantauan Satelit NOAA18 titik api (hotspot) di Riau masih tercatat 154 titik pada Ahad (23/6).
154 hotspot ini tersebar di Kabupaten Rokan Hilir (40 titik), Kabupaten Pelalawan (35 titik), Kabupaten Siak (18 titik), Kabupaten Bengkalis (14 titik), Kabupaten Kampar (12 titik), dan 12 titik di TN Tesso Nilo Riau.
"Pantauan hotspot tidak dapat dilakukan secara realtime, namun merupakan hasil analisis pada tiap pagi dan sore hari yang kemudian diumumkan pada pukul 18.00 WIB," kata Sutopo pada keterangan pers yang diterima Republika Senin (24/6).
Kebakaran hutan dan lahan gambut merupakan kebakaran permukaan dimana api membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan, seperti serasah, pepohonan, semak, dan lain-lain. Api kemudian menyebar tidak menentu secara perlahan di bawah permukaan (ground fire) dan membakar bahan organik melalui pori-pori gambut dan melalui akar semak belukar/pohon.
Dalam perkembangannya, api menjalar secara vertikal dan horizontal berbentuk seperti kantong asap dengan pembakaran yang tidak menyala (smoldering) sehingga hanya asap yang berwarna putih saja yang tampak di atas permukaan.
Bara api berada di bawah permukaan hingga ada yang dalamnya 10 meter dari permukaan, tergantung tebalnya lapisan gambut.
"Mengingat peristiwa kebakaran terjadinya di dalam tanah dan hanya asapnya saja yang muncul ke permukaan, maka kegiatan pemadaman seringkali mengalami banyak kesulitan. Terlebih lagi akses menuju titik api sulit dijangkau. Jadi bukan suatu hal yang mudah memadamkan titik api kebakaran lahan gambut di Riau," kata Sutopo.