Jumat 21 Jun 2013 11:29 WIB

PRJ Harus Jadi Pesta Rakyat Jakarta

Pertunjukan kembang api mewarnai pembukaan hari pertama Jakarta Fair di area Pekan Raya Jakarta (PRJ) Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (6/6).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Pertunjukan kembang api mewarnai pembukaan hari pertama Jakarta Fair di area Pekan Raya Jakarta (PRJ) Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (6/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Tradisi pelaksanaan Pekan Raya Jakarta (PRJ) dinilai perlu ditinjau ulang.

Bakal calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) daerah pemilihan DKI Jakarta, Rommy, berpendapat  gelaran PRJ telah kehilangan salah satu dimensi terpentingnya, yakni budaya.

''PRJ tak perlu dihentikan, tapi dikembalikan pada roh-nya sebagai ajang pesta rakyat Jakarta,'' ujar Rommy, Jumat (21/6). Ia menilai unsur komersial PRJ lebih terasa dominan, sehingga dimensi budayanya justru tenggelam.

Selama ini, kata dia,  dimensi budaya tersebut seperti terabaikan dan tidak dijadikan menu utama perayaan.  ''PRJ hanya menegaskan satu sisi saja tentang Jakarta sebagai kota bisnis,'' cetusnya.

Gelaran festival lain di beberapa tempat di Jakarta seperti Festival Kemang dan lain-lain juga “beda-beda tipis” dengan PRJ.

“Coba saja lihat, isinya kan cuma pameran dan jual beli barang. Memang sih ada panggung-panggung hiburan. Tapi kehadiran hiburan itu gak lebih dari sekedar selingan, hanya untuk narik pengunjung saja ujung-ujungnya sibuk belanja juga. Dan sebenarnya barang yang dijual disana dapat dibeli di tempat lain. Jadi, kayak mindahin toko dan mal saja,” tutur Rommy.

Rommy menuturkan, tradisi perayaan ulang tahun kota di beberapa negara justru menonjolkan aspek budayal dibanding aspek komersialnya. Dan itu, kata dia, justru lebih menarik karena perayaan itu dikemas sebagai ajang wisata unggulan.

Sehingga, kata dia,  pelaksanaannya tidak hanya dinikmati oleh warga kota itu sendiri tapi oleh masyarakat para wisatawan mancanegara.

''Jadi sudah saatnya Pemprov DKI Jakarta mulai memikirkan agar PRJ bisa seperti itu, sebagai festival atau pesta budaya, pesta Indonesia yang khas. Tuan rumahnya tentu saja pemerintah dan warga Jakarta. Hal itu  niscaya akan makin menguatkan posisi Jakarta sebagai miniatur Indonesia.''

Rommy mengusulkan, keberadaan warga asing dari berbagai Negara yang ada di Jakarta juga dapat dilibatkan. Selain untuk kemeriahan peserta, juga agar even budaya ini punya resonansi internasional sehingga dapat menarik minat wisatawan asing untuk datang ke Indonesia, khususnya ke Jakarta.

''Soal bagaimana teknis pelaksanaannya, mari kita pikirkan bersama. Yang penting seluruh warga Jakarta khususnya terlibat aktif sebagai peserta, sebagai pelaku pesta, bukan diarahkan sekedar jadi konsumen,'' katanya menegaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement