Kamis 20 Jun 2013 23:34 WIB

Nelayan Cilacap: Jika Harga BBM Rp 1000 per Liter, Kiamat

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Djibril Muhammad
Nelayan, ilustrasi
Foto: Ismar Patrizki/Antara
Nelayan, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Nelayan dan juga juragan para pemilik kapal nelayan di Kabupaten Cilacap berharap kenaikan harga BBM tidak lebih dari Rp 1.000 per liter.

Mereka menyatakan, bila harga BBM mengalami kenaikan lebih dari Rp 1.000 per liter, maka hal ini akan menjadi kiamat bagi para nelayan dan juragan kapal.

"Ambang batas harga solar bagi kami adalah Rp 1000 per liter. Lebih dari itu, maka sebagian besar nelayan Cilacap dan pemilik kapal akan bangkrut," kata Sekretaris HSNI Cilacap, Tursiman, Kamis (20/6).

Mereka mengaku, untuk kebutuhan mencari ikan bagi ara nelayan, pihak Pertamina memang telah mengalokasikan BBM tersendiri bagi para nelayan. Namun alokasi BBM itu, hanya dalam hal kuota.

Sementara dalam hal harga, nelayan tetap harus membeli BBM dengan harga yang sama dengan harga BBM subsidi yang dibeli masyarakat di SPBU.

"Kita juga masih belum tahu, apakah nantinya harga BBM untuk nelayan akan disamakan dengan harga BBM yang dijual di SPBU, atau akan mendapat tambahan subsidi," katanya menjelaskan.

Harapan nelayan, harga BBM bagi nelayan tetap akan sama seperti sekarang Rp 4.500 per liter. Namun bila akan dinaikan, maka kenaikannya tidak lebih dari Rp 1.000 per liter. 

Dia menyebutkan, selama ini nelayan di Cilacap menggunakan kedua jenis BBM, baik premium maupun solar. BBM jenis premium, digunakan kapal-kapal kecil yang melaut selama setengah hari di perairan sekitar pantai.

Sedangkan kapal besar di atas 25 GT yang berlayar lebih jauh di tengah laut, menggunakan bahan bakar jenis solar. "Usulan kenaikan harga BBM tidak lebih dari Rp 1.000 per liter sudah disampaikan perwakilan nelayan Cilacap ke DPR beberapa waktu lalu. Kita berharap, aspirasi para nelayan ini bisa dipenuhi pemerintah," katanya.

Pengusaha ikan yang juga juragan kapal Cilacap Sanpo menambahkan, pada prinsipnya nelayan atau juragan kapal bisa menerima kenaikan harga BBM, khususnya jenis solar. Namun dia berharap, kenaikan harga tersebut tidak lebih dari Rp 1.000 per liter.

"Jika harga BBM terlalu tinggi, maka harga ikan hasil tangkapan seharusnya menyesuaikan. Namun selama ini, harga ikan tidak pernah naik bila terjadi kenaikan harga BBM," katanya menjelaskan.

Menurut dia, faktor yang lebih berpengaruh terhadap harga ikan, adalah faktor cuaca. Bila cuaca seperti sekarang ini, maka ikan hasil tangkapan nelayan juga merosot sehingga harga memang mengalami kenaikan. Namun bila sedang musim kemarau dan nelayan sedang mengalami musim panen, harga ikan justru merosot drastis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement