Selasa 18 Jun 2013 07:31 WIB

Suratimin, Pahlawan Konservasi Hutan Gunung Kidul

Kalpataru award winning receivers 2013
Foto: Antara/Widodo S Jusuf
Kalpataru award winning receivers 2013

Oleh Dessy Suciati Saputri

REPUBLIKA.CO.ID,Suratimin, bapak dua anak yang tinggal di Desa Semoyo, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul ini baru saja mendapatkan penghargaan kalpataru dalam kategori perintis lingkungan dari Presiden RI, Susilo Bambang Yudoyono. 

Rambutnya yang telah mulai memutih itu masih semangat untuk menjaga dan mengelola alam dan hutan di desanya. Suratimin adalah penggagas berdirinya Desa Kawasan Konservasi Semoyo (DKKS), pendiri dan pengelola Radio Komunitas Radekka FM, pendiri dan guru di Sekolah Anak Tani, dan Ketua Serikat Petani Pembaharu Gunung Kidul. 

Suratimin mendapatkan kalpataru pada Senin (10/6) karena usahanya dalam melakukan konservasi dan pengolahan alam di desanya. Menurutnya, DKKS yang dikelolanya saat ini juga telah menjadi rujukan banyak pihak untuk belajar mengelola alam. 

Ia merintis hutan rakyat tersebut sejak 2003 setelah pulang dari merantau di Jakarta, Papua, dan Kalimantan. Dengan mengajak masyarakat sekitar, ia berdiskusi mengenai kerusakan alam di Desa Semoyo. 

Keprihatinannya melihat kondisi hutan dan lingkungan itu membuatnya semakin tertarik untuk membentuk lembaga dan memperbaiki kondisi hutan. "Karena pohon di tebing kawasan Semoyo mulai sedikit dan sumber mata air yang terus berkurang, ide tersebut muncul," katanya ketika ditemui di rumahnya. 

Meskipun ia sudah mulai merintis sejak 2003, namun konservasi hutan rakyat itu resmi menjadi lembaga sejak 2008.

"Awalnya kami di dampingi oleh TRS dari Jogjakarta, Interfaith Jogja untuk membuat pembelajaran dalam mengelola pengorganisasian komunitas, memetakan isu lokal, ada juga sekolah pertanian rakyat. Kegiatan ini bisa memberikan pemahaman kepada masyarakat sekitar untuk lebih tahu bagaimana berkomunitas dan mengelola hutan itu secara baik," jelas Suratimin.  

Lambat laun, Desa Kawasan Konservasi yang dikelola dengan penataan hutan rakyat yang melestarikan sumber-sumber mata air menjadi media pembelajaran dan laboratorium alam komunitas dalam melestarikan lingkungan hidup dengan memanfaatkan kearifan lokal.

Kawasan Semoyo mempunyai luas 576,2 hektare dan 493,2 hektare diantaranya adalah hutan rakyat yang terdiri dari 200,93 hektar pekarangan, 292, 6 hektar tegalan, dan sisanya sawah dan penggunaan lainya yang dimiliki oleh warga sekitar. Selain itu, Desa Semoyo terdiri 5 pedukuhan, 24 Rukun Tetangga, dan 816 keluarga. 

Ia menambahkan, pengelolaan hutan rakyat dilakukan oleh warga dan kelompoknya hanya mengorganisir dan mengolah sumber alam tersebut.

"Kami berharap agar masyarakat juga mampu mengelola potensi lokalnya untuk meningkatkan ekonominya. Saya juga bersama warga sedang merintis bank rakyat yang bisa menerima jaminan kayu. Bank itu dipastikan tidak ada embel-embel bunga. Mekanismenya, seperti terbang butuh," katanya.

Untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait pengelolaan hutan, ia membuat radio komunitas Radekka pada 2008 dengan biaya patungan dan pinjaman. Hal ini dilakukan untuk mempermudah komunikasi karena kekurangan SDM. 

Hasil kekayaan hutan seperti pohon Jati, Mahoni, dan Sengon. Selain itu, ditanami beberapa tanaman buah seperti manggis dan durian mempunyai nilai ekonomi penjualan tinggi.

Pada 2010, setiap satu hektar hutan rakyat Semoyo diperkirakan mampu menyerap 32 ton karbon per tahun, kemudian pada 2011 meningkat menjadi 36 ton per tahun. Suratimin mengatakan kelompoknya juga mengolah hasil hutan dengan membuat mebel. 

Ia berharap agar masyarakat membantu mencintai lingkungan dengan menanam pohon dan memanfaatkan lahan yang ada disekitar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement