Oleh Irfan Abdurrahmat
REPUBLIKA.CO.ID -- Pagi tepat pukul 09.00 WIB, Romli (58 tahun) sudah menempati posisi guna membuka lapaknya. Segala keperluan dan perlengkapan dagangannya diletakkannya perlahan di tempat yang biasa Ramli tempati.
Satu per satu telur bebek disusunnya perlahan. Sekitar 50 butir telur itik dibawanya pada pagi ini. Pria bertopi ini sejak hari pertama Pameran Flora dan Fauna (Flona) 2013 di Lapangan Banteng, Sawah Besar Jakarta Pusat, sudah mulai menjajakan kerak telur racikannya.
Ayah tiga anak ini menuturkan pada Republika, Ahad (16/6), selalu rutin berjualan bila ada pameran-pameran yang dihelat di Jakarta. Satu dari beberapa pengunjung pameran ini, Ratih (27 tahun) warga Kampung Melayu, terlihat tengah menikmati kerak telur racikan Romli.
Dia menyampaikan, lebih memilih kerak telur untuk disantapnya ketimbang jajanan lain yang juga disediakan panitia pameran. "Mending kerak telur saja, murah terus kenyang lagi," ucapnya.
Romli mengakui, dalam kurun waktu sembilan hari ini sudah meraup keuntungan hingga Rp 700 ribu. "Alhamdulillah sejak hari pertama sampai sekarang sudah terkumpul Rp 700 ribu," jelasnya. Dia menyampaikan, tidak menyangka warga yang mendatangi pameran mau menikmati kerak telurnya.
"Awalnya gak nyangka bakalan laris, ternyata banyak juga yang minat sama kerak telur saya. Lihat saja mas, sekarang saja sudah terjual 10 kerak telur," ceritanya.
Satu porsi kerak telur racikan Romli berkisar Rp 20 ribu untuk telur bebek. Beda halnya dengan telur ayam, harga yang dipatok Romli Rp 15 ribu.
"Orang banyak yang pesen telurnya make telur bebek. Makanya saya lebih banyak membawa telur bebek," ungkapnya. Dia menuturkan, acara seperti pameran ini sangat membantu khususnya bagi pedagang menengah kebawah.
"Kalau ada acara kayak gini kan kita penjual kecil bisa juga menikmati keuntungan. Dengan harga murah pengunjung tidak ada yang keberatan. Saya pun bisa meraup keuntungan dari kerak telur racikan saya."