REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Harga gas elpiji 3 kilogram di sejumlah wilayah di DIY sejak sepekan terakhir melonjak hingga Rp 18.000 per tabung. Kenaikan tersebut dirasakan warga di wilayah Sleman, Bantul dan Gunungkidul.
Rosiyanti, warga Imogiri, Bantul mengaku membeli gas 3 kilogram dengan harga Rp 18 ribu sudah sejak lima hari lalu. Menurutnya, harga gas ukuran tersebut sebelumnya hanya Rp 17 ribu. Harga itu sudah naik sejak sebulan lalu yang hanya Rp 16 ribu saja.
"Naik terus, mau puasa biasanya naik. Ini pasti naik lagi mendekati puasa dan lebaran mendatang," ujarnya, Selasa (11/6).
Diakuinya, selain harga yang tinggi keberadaan gas LPG bersubsidi ini juga seulit diperoleh. Menurutnya, tidak semua pengecer di wilayahnya saat ini memiliki stok gas ukuran tiga kilogram tersebut. Hanya beberapa pengecer saja yang memiliki stok selebihnya tidak ada.
Kepala Seksi Pengadaan dan Penyaluran Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi DIY, Erni Rosilawati membenarkan adanya kenaikan harga gas bersubsidi di tingkat eceran. Menurutnya, kenaikan tersebut terjadi di wilayah-wilayah pinggiran DIY. "Kenaikan memang terjadi sejak bulan ini dan terus naik," ujarnya.
Erni menilai, lonjakan harga gas ukuran 3 kilogram ini terjadi karena tingginya permintaan akan barang tersebut. Menurutnya, kenaikan konsumsi masyarakat terhadap gas bersubsidi ini mencapai 100 hingga 200 persen dari konsumsi sebelumnya.
"Ini mungkin terkait musim libur sekolah. Namun dalam peraturan seharusnya setiap kepala keluarga hanya memiliki satu tabung gas bersubsidi. Tetapi kenyataanya tidak ada dua hingga tiga," tandasnya.
Meski begitu kata dia, pihaknya hanya bisa melakukan pengawasan dan pengendalian harga di tingkat pangkalan sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET). Sedangkan di tingkat pengecer, sulit untuk mengendalikan harga gas bersubsidi tersebut. Untuk itu diharapkan supaya konsumen juga tidak berlebihan dalam menggunakan gas ukuran 3 kilogram ini.