Selasa 11 Jun 2013 06:35 WIB

Hujan Deras Rusak Tanaman Cabai di Bantul

Petani Cabai (ilustrasi)
Foto: informasi-budidaya.blogspot.com
Petani Cabai (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Tanaman cabai seluas tujuh hektare di wilayah pesisir Desa Gadingharjo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, dilaporkan rusak akibat guyuran hujan dalam beberapa hari terakhir.

Kepala Desa Gadingharjo, Bantul, Sumadiana, Senin, mengatakan hujan yang turun dalam beberapa hari terakhir ini mengganggu pertanian, bahkan tujuh hektare tanaman cabai keriting di daerahnya rusak akibat terserang hama yang disebut patek.

"Sudah dua minggu ini hujan terus makanya tanaman cabai pada busuk. Ada yang busuk di sebagian buah, ada yang di batang, ini karena hama patek akibat cuaca terlalu lembab," katanya.

Menurut dia, akibat cuaca ini dipastikan kualitas panenan cabai keriting tidak baik. Padahal saat ini harga cabai tergolong tinggi, satu kilogram cabai keriting dijual mulai dari sebesar Rp 27.000 hingga Rp 32.000.

Ia mengatakan, saat ini petani cabai di wilayahnya baru memasuki masa panen tahap pertama dan kedua, sehingga bila hujan terus mengguyur kemungkinan besar kerusakan semakin parah hingga membuat keuntungan petani berkurang.

"Biasanya untuk tiap hektare tanaman hasil panennya bisa 300 sampai 400 kuintal cabai, akan tetapi sekarang ini diprediksikan hanya sekitar 50 sampai 75 persen dari kondisi normal," katanya.

Menurut dia, hingga saat ini memang belum ada tindakan atau langkah yang diambil dari Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertahut) Bantul untuk membantu petani cabai yang mengalami kerusakan.

Ia mengatakan sulit menghentikan serangan hama patek, karena hingga sekarang ini belum ditemukan obat atau pestisida yang mampu mengantisipasi serangan selain cuaca panas.

"Sebagian petani saat ini mulai kebingunan akibat cuaca tidak menentu, harusnya memasuki musim tanam bawang dan cabai, namun keran masih sering turun hujan, maka hanya tanaman padi yang bertahan," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement