REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peristiwa bom bunuh diri di Mapolre Poso, Sulawesi Tengah pada Senin (3/6) cukup mengagetkan. Setelah sekian lama, teroris ternyata kembali nekat memilih langkah bunuh diri sebagai cara menebar ketakutan di tengah masyarakat.
Sejumlah pihak menilai, aksi teroris dengan memilih cara bunuh diri mengindikasikan mereka semakin serius. Namun, di sisi lain cara tersebut juga dianggap sebagai keputus asaan dari kelompok teroris yang belakangan ini posisinya kian tersudut oleh polisi.
Salah satu Pendiri Tim Pembela Muslim, Egi Sudjana mengaku terkejut dengan aksi nekat pelaku bom bunuh diri ini. Dia menilai perbuatan tersebut sangat konyol dan sama sekali tidak mencerminkan perjuangan islam yang para teroris dalihkan sebagai prinsip mereka selama ini.
Egi mengaku semakin tak habis pikir dengan aksi para mujahidin salah kaprah ini yang belakangan semakin melenceng. Pengacara yang sempat menjadi pembela Imam Samudra dalam kasus Bom Bali pertama meski akhirnya mundur ini semakin kaget karena ledakan di Mapolres Poso itu nyaris tak ada hasil.
"Ini kan lucu, saya terkejut dan mempertanyakan akal sehat para teroris ini dimana?, bom untuk bunuh dirinya sendiri, tidak ada maknanya," kata Egi ketika dihubungi Republika Selasa (4/6).
Ia mengatakan sudah saatnya para teroris mengatur ulang pemikiran mereka terkait jihad dan mati syahid. Dua poin ini menurut Egi memang kentara dengan unsur perjuangan. Namun, pada dasarnya para teroris semakin salah memaknai arti serta makna dari Jihad dan Syahid.
"Surat At-Taubah ayat 105 dalm kitab umat mulsim memang jelas mengatakan jihad itu kerja keras untuk mengubah keadaan. Tapi bukan dengan bom, apalagi bunuh diri, ini mereka teroris otaknya dimana ?," ucap dia sambil tertawa.
Egi berujar ketika orang lain berduyun berbuat amal menyebar kebaikan dengan menegakan islam dalam kehidupan, para teroris malah sibuk menumpuk dosa. Undang-undang (UU), norma, hingga aturan agama yang mereka pegang sudah dilanggar habis oleh teroris.
Dia bahkan menyebut para teroris yang jelas-jelas melakukan aksi kekerasan seperti bom bunuh diri sebagai pengecut. "Ya mereka ini justru tidak ada berani-beraninya, hanya bisa merusak tanpa mau tampil di depan," ucap Egi.