REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Pelaksanaan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB) Nasional dalam sepuluh tahun terakhir menunjukkan angka yang tidak memuaskan. Selama kurun waktu tersebut, pencapaian program berada dalam posisi stagnan.
"Situasi ini perlu diwaspadai dan ditanggapi secara serius," terang Deputi bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN, Julianto Witjaksono di acara Road Show Semarak PKK-KB Dalam Rangka Peringatan Hari Keluarga XX Tingkat Nasional di Kabupaten Boalemo, Gorontalo, Senin (3/6).
Ia mengatakan, Total Fertility Rate (rata-rata anak yang dilahirkan seorang wanita selama masa usia subur) stagnan pada angka 2,6 persen. Sementara penggunaan kontrasepsi (CPR) hanya merangkak naik 0,5 persen selama lima tahun terakhir dari 61,4 persen (2007) menjadi 61,9 persen (2012).
Hasil SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun 2012, sebut Julianto, juga memperlihatkan indikasi yang mengkhawatirkan, yakni persentase wanita yang sedang hamil di usia 15-49 tahun meningkat dari 3,9 persen (2007) menjadi 4,3 persen (2012).
Penggunaan kontrasepsi moderen menurun pada wanita usia 25-29 tahun dari 60,7 persen (2007) menjadi 60,4 persen (2012), di usia 30-34 tahun turun dari 64,7 persen (2007) menjadi 61,8 persen (2012)/
Demikian pula pada Pasangan Usia Subur (PUS) anak 1-2 terjun dari 64,3 persen (2007) menjadi 63,2 persen (2012).
Lebih jauh Julianto memaparkan, kebutuhan ber-KB pada Pasangan Usia Subur (PUS) yang masuk dalam kelompok usia muda, yakni pada umur 20-24 tahun juga turun dari 71,5 persen (2007) menjadi 68,6 persen (2012), usia 25-29 tahun turun dari 74,0 persen (2007) menjadi 71,9 persen (2012).
"Bahkan di usia 30-34 tahun penurunannya lebih besar, yaitu dari 78,5 persen (2007) menjadi 74,1 persen (2012)," jelas Julianto.
Stagnasi ini juga dirasakan secara jelas di lapangan dalam bentuk menurunnya kegiatan operasional program KKB di lapangan. Kegiatan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) yang sebelumnya gencar, kini menurun baik intensitas maupun mutu substansi yang disampaikan.
"Akibatnya peserta KB aktif tidak mendapat pembinaan yang baik, peserta KB baru yang dicapai juga berkualitas rendah hingga CPR (pemakaian kontrasepsi) hampir tidak pernah mengalami peningkatan," sebut Julianto.
Berkaca pada fakta tersebut, ia meminta semua pihak termasuk jajaran Pemerintah Daerah, para PLKB/PKB, Kader PKK-Kesehatan, tokoh masyarakat serta seluruh jajaran mitra program kerja KB untuk terus semangat dan berjuang.
"Ajak semua keluarga untuk ikut KB," demikian Julianto.