Sabtu 01 Jun 2013 20:11 WIB

Bung Karno dan Ende

Rep: Esthi Maharani/ Red: Mansyur Faqih
  Patung Bung Karno di Ende, NTT, Sabtu (1/6).  (Republika/Esthi Maharani)
Patung Bung Karno di Ende, NTT, Sabtu (1/6). (Republika/Esthi Maharani)

REPUBLIKA.CO.ID, ENDE -- Sukarno diasingkan ke Ende disebabkan oleh kegiatan politiknya yang menurut pemerintah kolonial Belanda dianggap membahayakan. Pada 1 Agustus 1933 Sukarno mengadakan pertemuan politik di rumah Muh Husni Thamrin di Jakarta. Begitu keluar dari rumah MH Thamrin, ia ditangkap oleh seorang komisaris polisi. Kemudian di penjara selama delapan bulan tanpa proses pengadilan. 

Setelah itu, Sukarno bersama Inggit Ganarsih dan Ibu Amsi (mertuanya) serta Ratna Juami diasingkan di Ende. Selama di Ende dari 1934-1938, salah satu hal yang penting adalah ketika Sukarno di tengah keterasingannya di bawah pohon sukun. Ketika itu, ia memikirkan dasar negara kelak kalau Indonesia merdeka. 

Lingkungan alam dan masyarakat Ende yang multikultural telah memengaruhi alam pikir Sukarno muda untuk mencita-citakan sebuah negara merdeka yang berdasarkan Pancasila. Pohon sukun itu menjadi salah satu bagian bersejarah kelahiran Pancasila. 

Terletak tak jauh dari pantai, Sukarno sering duduk-duduk dan menghasilkan ide tentang Pancasila. Lokasi itu yang saat ini disebut Taman Rendo. Di taman itu terukir sejarah baru karena peringatan Hari Lahirnya Pancasila pertama kali diperingati di Ende. 

Taman tersebut menjadi salah satu situs bersejarah Bung Karno yang direvitalisasi. Pada peringatan Hari Lahirnya Pancasila ada dua situs yang diresmikan oleh Wapres Boediono. 

Yakni Taman Rendo yang terdapat pohon sukun serta patung Bung Karno duduk menghadap pantai. Serta Rumah Pengasingan Bung Karno. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement