Jumat 31 May 2013 22:28 WIB

Jadi Capres Tak Bisa Andalkan Popularitas

Rep: Mohammad Akbar/ Red: Karta Raharja Ucu
Survei capres muda oleh LSI, Ahad.
Foto: Republika
Survei capres muda oleh LSI, Ahad.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjadi calon presiden, tak hanya cukup mengandalkan popularitas. Pemimpin Indonesia seharusnya memahami cita-cita proklamasi pada 17 Agustus 1945, serta harapan para pendiri bangsa.

Pernyataan itu disampaikan Ketua Dewan Pembina Aliansi Nasionalis Indonesia (Anindo), Hadidjojo Nitimihardjo. ''Menjadi pemimpin Indonesia itu tidak hanya sekedar dikenal atau populer karena digarap atau ditokohkan oleh lembaga pembentuk citra yang sarat dengan kepentingan komersial,'' katanya di Jakarta, Jumat (31/5). 

Nitimihardjo mengingatkan, pemimpin Indonesia mendatang seharusnya dapat memahami penderitaan yang ditanggung oleh rakyat. Namun ia juga mengatakan pemimpin nasional itu juga harus kuat secara politik. ''Inilah yang harusnya dilakukan," sebutnya.

Dalam kesempatan itu, Nitimihardjo juga mengkritik proses rekrutmen kader partai. Dengan proses rekrutmen yang benar, kata dia, akan bisa terlahir elite-elite partai yang bersih. ''Rekrutmen di parpol itu harus benar alias bersih. Kalau tidak, lebih baik partai itu dibubarkan saja,'' tuturnya menjelaskan.

Menurutnya, sekarang peranan parpol begitu besar dalam penentuan pejabat pemerintahan. ''Di sinilah tantangannya parpol yang ada itu seharusnya partai yang bagus dengan rekrutmen yang bagus juga. Dengan partai yang bagus dan rekrutmen yang bagus, tentunya akan bisa melahirkan elite-elite partai yang bersih,'' imbuhnya mengakhiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement