Jumat 31 May 2013 11:56 WIB

Komunitas di Surabaya Tolak Hari Antitembakau Sedunia

Hari Tanpa Tembakau Sedunia (Ilustrasi)
Foto: vemale.com
Hari Tanpa Tembakau Sedunia (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sejumlah massa yang tergabung dalam Komunitas Kretek Surabaya menolak hari antitembakau se-Dunia yang diperingati setiap 31 Mei, dengan melakukan unjuk rasa di depan Gedung Negara Grahadi, Jalan Gubernur Suryo Surabaya, Jumat (31/5).

"Kami melihat adanya peringatan hari tanpa tembakau se-Dunia sangat sarat kepentingan asing. Makanya kami menolak dan tidak sepakat dengan penetapan hari antitembakau," ujar Koordinator Lapangan Erda Awwalu Rahman, di sela aksinya.

Dalam aksinya, mereka menggelar teaterikal yang mengisahkan tentang mekanisme bagaimana kehidupan petani tembakau yang masih memprihatinkan. Di satu sisi, pengusaha-pengusaha asing dengan mudahnya mengakuisisi serta mengendalikan tembakau internasional.

Di samping itu, peserta aksi juga membentangkan spanduk dan poster berisi penolakan terhadap antitembakau serta ucapan terima kasih terhadap tembakau. Di antaranya, 'Tembakau telah menyejahterakan petani, buruh, pengecer, pedagang, dan menyumbang Rp 84 triliun untuk APBN', 'Kampanye antitembakau sama dengan ancaman penghidupan petani tembakau dan rakyat pekerja', dan sebagainya.

Menurut Erda, kretek yang saat ini merupakan produk khas Indonesia sedang terancam keberadaannya. Jika dirinci, kata dia, ada sekitar 2,1 juta petani dan buruh tani tembakau terancam, 1,5 juta petani dan buru tani cengkih. Tidak hanya itu saja, ada 6,1 juta pekerja pabrik rokok dan secara total ada 30,5 juta orang yang terlibat dari hulu ke hilir dalam industri ini.

"Bahkan, sumbangan cukai 2012 mencapai Rp84 triliun, yang berarti jauh lebih besar dari sumbangan yang lainnya," kata mahasiswa asal Universitas Airlangga Surabaya tersebut.

Komunitas Kretek Surabaya, lanjut dia, juga menolak Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 sebagai regulasi pengendalian tembakau pesanan asing, yang dinilai akan menguntungkan kepentingan asing, serta menuntut adanya regulasi pertembakauan yang melindungi industri tembakau atau kretek nasional.

"Kami juga menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk lebih kritis menyikapi persoalan tembakau, demi kemandirian ekonomi dan kedaulatan bangsa," tukas Erda.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement