REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peran intelijen Indonesia dalam upaya pertahanan di daerah-daerah perbatasan mendapat penilaian positif dari salah satu perwira tinggi TNI.
Walaupun begitu, mereka masih harus bekerja keras untuk mengatasi berbagai ancaman internal dari dalam negeri. “Kegiatan kontra intelijen kita di perbatasan sudah cukup bagus,” kata Rektor Universitas Pertahanan Indonesia (Unhan), Letjen Subekti, kepada Republika, Rabu (29/5).
Ia melihat situasi di daerah-daerah perbatasan mengalami perkembangan cukup baik belakangan ini, terutama pada wilayah perbatasan antara Indonesia dan Malaysia.
Beberapa di antaranya yang disebutkan Subekti adalah Selat Malaka dan Blok Ambalat—yang kini masalahnya sudah mendingin. Jenderal bintang tiga itu pun mengklaim tidak ada masalah dengan kegiatan kontra intelijen di wilayah perbatasan antara Papua Barat dan Papua New Guinea.
Kendati demikian, ia menilai kinerja intelijen Indonesia tetap harus diperbaiki. Terutama dalam memonitoring ancaman-ancaman yang berasal dari dalam negeri.
Menurutnya, para intel perlu melakukan tindakan-tindakan preventif untuk mengatasi berbagai isu yang dapat menyulut konflik horisontal di masyarakat, seperti bentrokan antarkelompok agama ataupun antarsuku.
Faktanya, tidak jarang konflik internal ini terjadi karena tidak adanya warning lebih awal dari pihak intelijen, sehingga pemerintah harus bertindak layaknya pemadam kebakaran.
“Masalah-masalah semacam ini mestinya dapat dideteksi secara dini oleh intelijen,” tegasnya. Dengan begitu, kata Subekti lagi, proses mediasi dan penangan dari pemerintah pun bisa dilakukan secara cepat dan efektif.