REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Divisi Sosialisasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Asrorun Niam Sholeh mengatakan ketiga bocah "pahlawan" perlindungan anak harus jadi teladan.
"Indonesia harus bangga memiliki anak-anak yang masih memiliki kepekaan sosial, solidaritas dan heroisme untuk mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak, dan jujur serta antikorupsi," kata Asrorun di Jakarta, Rabu (29/5).
Asrorun mengatakan ada tiga nilai luhur yang perlu menjadi teladan dari ketiga anak tersebut. Pertama, mereka tidak kenal dengan pelaku dan korban, semata melakukan penyelamatan dengan penuh kesadaran.
Kedua, mereka sadar hukum dan tidak main hakim sendiri, pelaku diserahkan kepada aparat. Ketiga, mereka antikorupsi dengan menolak secara tegas upaya suap yang dilakukan oleh pelaku.
"Nilai luhur ini bisa menjadi guru yang baik bagi pejabat negara, birokrat, politisi serta masyarakat umum," katanya menjelaskan.
Lebih lanjut dia mengatakan nilai kejuangannya, heroismenya, kepekaan sosialnya, serta anti suapnya harus dijadikan inspirasi bagi bangsa Indonesia di tengah pemberitaan kasus-kasus korupsi dan kekerasan terhadap anak.
"Saatnya pemegang kebijakan tidak segan mengambil inspirasi dari tiga bocah pejuang perlindungan anak ini untuk berbuat nyata perang terhadap korupsi untuk Indonesia yang bermartabat," katanya menambahkan.
Abdurrahman Assegaf (siswa SMPN 3 Ciawi), Ilham Maulana, dan Muhammad Abdul Aziz (siswa MTs Fathan Mubina Ciawi) adalah sosok Pahlawan Perlindungan Anak, yang dengan energi positif dan heroismenya mampu menggagalkan tindak kekerasan seksual terhadap anak serta menunjukkan aksi tolak korupsi
Ketiganya berhasil menggagalkan upaya pemerkosaan yang dilakukan seorang tukang ojek. Pelaku yang biasa mangkal di Cimande, Caringin, Kabupaten Bogor ini berniat memperkosa seorang remaja putri berusia 14 tahun.