Jumat 24 May 2013 09:33 WIB

Bunuh Diri Mengintai Remaja, Yuk Kembali ke Agama

Rep: Mohammad Akbar/ Red: M Irwan Ariefyanto
Bunuh diri (ilustrasi).
Foto: www.healthoncare.com
Bunuh diri (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,Bunuh diri semakin marak di kalangan remaja. World Health Organization (WHO), organisasi kesehatan dunia memprediksi laju aksi bunuh diri di kalangan remaja akan terus meningkat. Bahkan aksi jalan pintas mengakhiri hidup itu telah masuk ke dalam urutan tiga besar untuk penyebab utama kematian pada kelompok umur 15 hingga 44 tahun.

Kabar terakhir yang membuat bulu kuduk berdiri adalah aksi nekat seorang pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) PGRI Pondok Petir, Bojongsari, Depok. Pelakunya masih berusia 16 tahun. Ia memutuskan mengakhiri hidup di tali yang melilit lehernya karena diduga tak siap menghadapi hasil kelulusan Ujian Nasional (UN).  ''Ini hal yang sangat memprihatikan mengapa remaja sekarang begitu berpikiran pragmatis dengan nekat mengakhiri hidup dengan bunuh diri,'' kata Fery Subakti, ketua Lembaga Dakwah Kampus Universitas Negeri Yogyakarta (LDK UNY).

Berdasarkan ajaran agama, menurut Fery, bunuh diri merupakan perilaku yang sangat besar dosanya. Bagi orang yang melakukannya, kata dia, akan banyak persoalan yang bakal dihadapi pascakematian dari dunia. ''Hukuman di akherat akan menunggunya,'' ujarnya.

Ia mengatakan terjadinya bunuh diri di kalangan pelajar memang disebabkan oleh banyak faktor. Peristiwa di Depok itu, menurut dia, tak sepenuhnya karena faktor ujian negara saja.

Namun ia sangat meyakini, para pelaku yang melakukan bunuh diri itu umumnya kurang memiliki pemahaman agama. Dalam Islam, kata dia, cukup jelas perintah di Alquran agar setiap masalah yang dihadapi manusia harusnya dilalui dengan penuh kesabaran serta selalu berserah diri kepada Allah SWT. ''Bukan dengan mengakhiri hidup. Itu namanya lari masalah tapi menimbulkan masalah baru,'' katanya.

Saiful Manan. Ketua Umum LDK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini mengatakan pendidikan agama seharusnya bisa lebih diperbanyak lagi di sekolah formal. ''Kalau di SMA mata pelajaran agama hanya tiga jam maka ke depan perlu ada penambahan waktu menjadi minimal enam jam dalam setiap minggunya,'' katanya.

Kondisi zaman sekarang, menurut Manan, memang membuat remaja menjadi sangat rentan untuk melakukan hal semacam itu. Di sinilah peran guru, orangtua dan lingkungan untuk lebih mampu mengayomi para remaja galau tersebut. ''Dalam hal ini back-up ilmu agama kepada mereka yang galau itu perlu dilakukan, terutama kepada kalangan remaja yang masih labil dan masih mencari jati dirinya.''

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement