Kamis 23 May 2013 22:51 WIB

Oposisi Kritisi RUU APBN

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Mansyur Faqih
PDIP
PDIP

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Oposisi mengkritisi rentang pertumbuhan ekonomi yang diusulkan pemerintah dalam pokok-pokok pembicaraan pendahuluan RAPBN 2014. Padahal, seluruh fraksi sepakat untuk membawa pokok-pokok pembicaraan tersebut ke tahapan selanjutnya. 

Juru bicara Fraksi Partai Hanura Ferdinand Sampurna Jaya menilai, rentang pertumbuhan ekonomi yang diusulkan pemerintah sebesar 6,4 sampai 6,9 persen masih lebih tinggi dari kenyataan yang ada.

"Terlalu optimistik," kata Ferdinand dalam Rapat Paripurna di Kompleks Parlemen Senayan, Kamis (23/5).  

Menurut Ferdinand, Hanura menilai pertumbuhan ekonomi sulit untuk tumbuh lebih tinggi. Mengingat perekonomian global yang belum sepenuhnya pulih.  

Walau pun dari sisi domestik, konsumsi rumah tangga dan investasi masih relatif baik. "Moderatnya 6,1 hingga 6,5 persen," ujar Ferdinand.  

Senada dengan Ferdinand, juru bicara PDI Perjuangan Sayed Muhammad mengatakan, jika berkaca pada RAPBNP 2013, pertumbuhan ekonomi justru dikoreksi oleh pemerintah.

Sebagai catatan, dalam RAPBNP 2013, pemerintah menurunkan target pertumbuhan ekonomi dari asumsi awal 6,8 persen menjadi 6,2 persen.  Sedangkan realisasi pertumbuhan ekonomi pada APBNP 2012 sebesar 6,23 persen dari target semula 6,5 persen.  

Juru bicara Fraksi Partai Gerindra Fary Djemi Francis menambahkan, rentang pertumbuhan ekonomi yang diusulkan pemerintah akan lebih bermakna jika sasaran progrowth, projob dan propoor yang didengungkan pemerintah terbukti. Namun, Gerindra menilai sasaran yang ada tidak diikuti strategi yang jelas.

"Pertumbuhan ekonomi selama ini semu dan tidak berkualitas serta hanya dinikmati kelompok tertentu," kata Francis.  

Gerindra berpandangan, pemerintah perlu menetapkan indikator tambahan. Misalnya indeks penyerapan tenaga kerja dan indeks pengurangan kemiskinan.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement