Kamis 23 May 2013 22:43 WIB

Pemerintah Semakin Waspadai Intelijen Asing

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Mansyur Faqih
Intelijen, ilustrasi
Intelijen, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendaratan darurat pesawat militer milik Amerika Serikat (AS) di Aceh beberapa waktu lalu, menyedot perhatian sejumlah kalangan. Tak pelak, kejadian ini kemudian menimbulkan kecurigaan tentang adanya upaya intelijen asing yang berusaha masuk ke Indonesia.

"Kegiatan (intelijen asing) ini patut diwaspadai semua pihak," kata Staf Ahli Menhan Bidang Keamanan, Mayjen Hartind Asrin, kepada Republika, Kamis (23/5).

Ia mengungkapkan, sejak kejadian tersebut, pemerintah semakin meningkatkan kualitas pengawalan di daerah-daerah perbatasan. Termasuk berbagai pintu masuk, seperti bandar udara dan pelabuhan. 

Para aparat yang bertugas di tempat-tempat tersebut pun diminta untuk meningkatkan kewaspadaannya. 

Hartind tak menampik adanya agen-agen asing yang masuk ke Indonesia. Mereka biasanya memiliki cover story dan cover job yang beragam. Ada yang bekerja sebagai wartawan, aktivis LSM, buruh, dan lain sebagainya. 

Tidak sampai di situ saja, lanjutnya, tidak terutup kemungkinan organisasi intelijen luar negeri juga merekrut WNI sebagai perpanjangan tangan mereka. "Merekrut orang-orang lokal adalah cara yang paling bagus buat mereka," ujarnya. 

Sekitar satu dekade lalu, mantan pimpinan TNI Ryamizard Ryacudu pernah menyatakan, ada 60 ribu agen asing yang berkeliaran di Indonesia. Terkait hal tersebut, Hartind mengaku pemerintah sampai saat ini belum lagi mengantongi data pasti soal jumlah agen asing yang masuk ke negara ini. 

"Karena tugas pendataan itu ada pada BIN (Badan Intelijen Negara-red), sedangkan pemerintah (kemenhan) hanya membuat kebijakannya," tuturnya.

Menurutnya, isu yang berkembang sejauh ini umumnya masih sebatas opini publik saja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement