Senin 20 May 2013 20:28 WIB

Hari Kebangkitan Nasional, Maruarar Sirait Ingat Pesan Soekarno

Rep: Muhammad Akbar Wijaya/ Red: Citra Listya Rini
Maruarar Sirait
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Maruarar Sirait

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Maruarar Sirait angkat bicara terkait peringatan Hari Kebangkitan Nasional. Lantas bagaimana politisi PDIP ini memaknai Hari Kebangkitan Nasional?

Menurut Maruarar, Hari Kebangkitan Nasional menjadi momentum kebangkitan melawan korupsi dan koruptor. Lantaran korupsi dan koruptor telah menjadi musuh utama yang membuat kondisi bangsa ini terpuruk. 

"Dulu para pejuang bangkit melawan penjajah. Sekarang korupsilah musuh utama kita," kata Maruarar Sirait kepada Republika melalui sambungan telepon di Jakarta, Senin (20/5).

Ketua Umum Ormas Taruna Merah Putih yang biasa disapa Ara ini menyatakan perjuangan melawan korupsi harus diawali dengan keteladanan elite. Para elite harus mengedepankan rasa malu saat menempati posisi strategis publik. 

Di samping faktor keteladanan elite, Ara juga mengatakan perlunya dukungan infrastruktur kepada para aparat penegak hukum. Tak cuma KPK, Kepolisian dan Kejaksaan juga mesti mendapat dukungan peralatan dan SDM yang berkualitas. 

Anggota Komisi XI DPR RI ini mencontohkan besarnya peluang korupsi yang terjadi di lingkungan pajak dan bea cukai. Menurutnya hal itu terjadi karena jumlah beban kerja dan tenaga kerja yang dibutuhkan tidak sebanding. Alhasil pengawasan menjadi tidak optimal.

"Kita di Komisi 11 mendorong tidak ada moratorium PNS khusus pajak dan beacukai. Kalau ada moratorium koruptor yang senang," ujar Ara.

Berjuang melawan korupsi di tubuh bangsa sendiri memang bukan kerja mudah. Ibarat kata Bung Karno, Ara menyerukan "Berjuang melawan bangsa sendiri lebih sulit ketimbang melawan penjajah. Betapapun, segala ikhtiar bersama harus tetap dilakukan. Hukuman secara pidana tidak cukup harus ada sanksi moral". 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement