REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Saleh Partaonan Daulay meminta Detasemen Khusus 88 (Densus 88) Antiteror Kepolisian RI tidak tergiur dan terlena dengan pujian yang datang dari luar.
"Densus 88 terlihat seperti mengejar target tertentu. Semakin banyak yang tertembak sepertinya semakin bagus. Aksi Densus 88 dianggap sempurna jika ada media yang meliput. Ini tidak benar dan harus dikritisi serta dievaluasi," kata Saleh Partaonan Daulay di Jakarta, Jumat.
Saleh mengatakan Densus 88 dan Polri yang bekerja untuk rakyat Indonesia mengedepankan cara-cara manusiawi. Sebab, para terduga teroris itu juga warga negara Indonesia yang juga anak bangsa seperti prajurit Densus 88.
Saleh berpendapat terduga teroris yang masih berusia muda itu masih bisa dibina. Apabila berhasil ditangkap dan dibina, mereka bisa dimanfaatkan untuk membongkar jaringan terorisme lainnya, bahkan ikut membina rekan-rekannya agar kembali ke jalan yang benar.
"Jika dibina dengan baik, mereka juga masih potensial bisa memberikan kontribusinya bagi pembangunan bangsa dan negara," ujarnya.
Tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri telah menangkap terduga teroris dari empat lokasi yang diduga menjadi sarang komplotan itu, yaitu Jakarta, Bandung, Kendal, dan Kebumen. Tujuh di antaranya tewas saat ditangkap, sementara 13 orang lainnya berhasil ditangkap hidup.
Kelompok tersebut merupakan sisa kelompok Abu Omar dan Autad Rawa. Pengakuan sementara, mereka melakukan pencarian dana untuk mendukung Mujahidin Indonesia Timur di Poso Pimpinan Autat Rawa dan Santoso.
Densus 88 juga berhasil menangkap sejumlah pelaku aksi perampokan di sejumlah tempat di Provinsi Lampung yang diduga merupakan bagian dari aksi terorisme. Di antara para terduga teroris itu berprofesi sebagai guru.